6

Please, Love me Again (Chapter 8)

Please, Love me again new

Title : Please, Love Me Again (Chapter 8)

Author: Vieveelaristy (Risty Lahagu)

Length: Chaptered

Genre: Fan fiction, Romance, Hurt/Comfort.

Cast: Chace Crawford/Lily Collins

Disclaimer: Castnya adalah aktor dan aktris holywood. Author cuma minjam nama mereka doang sebagai pemeran di dalam cerita ini… but the story is pure from author’s imagination.. so, because this is my own writing… sangat dilarang keras plagiat, nyontek or copy paste!!!!!!!!
– Continue Read->

8

Please, Love me Again (Chapter 7)

Please, Love me again newTitle : Please, Love Me Again (Chapter 7)

Author: Vieveelaristy (Risty Lahagu)

Length: Chaptered

Genre: Fan fiction, Romance, Hurt/Comfort.

Cast: Chace Crawford/Lily Collins

Disclaimer: Castnya adalah aktor dan aktris holywood. Author cuma minjam nama mereka doang sebagai pemeran di dalam cerita ini… but the story is pure from author’s imagination.. so, because this is my own writing… sangat dilarang keras plagiat, nyontek or copy paste!!!!!!!!

Hehehe maaf ya readers kalau ceritanya rada “gaje” gitu… mungkin juga banyak mistypingnya… di maklumi ajalah… after read… di komen yaaa…. kritik dan saran juga sangat berguna.. supaya ceritanya semakin lebih baik lagi.. ^0^

 

Special thanks: My beloved husband Neis Gea (thanks buat semua yang telah kamu berikan sayang…), Sahabatku.. Pembaca setiaku dari “My Dandelion” yang juga mulai menyukai cerita aneh kali ini…kak Selvi Tel, Roz Zend, Rini Tel, Vakta Indah, Tita, Dirna, kak Mercy, Dek Guneng Gbh, dek Wawan, dek See, kak Trianna de losel, kak Mira B, kak Martha Zeb, Paskalina Zeb, dek Fournita, Kak Teti Artamei, Pani, dek Mala
Tel, Willy, kak Anita K Zai dan bang Destimental… tanpa kalian… apalah artinya tulisan-tulisan q selama ini…. kalian adalah penyemangatku!!!!! ^0^

 

Well… Happy reading yaaa

*

*

*

 

Author’s POV

Chace gelisah sekarang. Bukannya dia tidak senang kakaknya Alex akhirnya pulang dan diterima kembali di rumah. Tidak.. dia senang.. dia bahagia… sudah lama dia menanti saat-saat seperti ini. Keluarganya utuh kembali.

Tetapi.. di samping itu di takut… pulangnya Alex pasti akan membuat hak-hak yang seharusnya milik Alex dulu akan kembali padanya… No… di sini Chace bukan membicarakan soal harta. Chace tidak peduli itu. Ayahnya dulu memang pernah mengatakan pada Chace bahwa kepemimpinan perusahaan ayahnya akan di serahkan padanya karena menganggap Alex bukanlah lagi anaknya. Chace sama sekali tidak butuh itu… justru dia senang kalau Alex akhirnya pulang jadi.. jabatan itu akan menjadi milik kakaknya lagi… memang itulah haknya.

Tetapi di sini…. Chace berpikir soal Lily.

Apalagi tadi pagi dia baru bermimpi buruk soal Alex yang akan menikah dengan Lily dan bertepatan pada hari ini pula Alex tiba-tiba muncul dan pulang ke rumah. Apakah ini sebuah pertanda? Ya Tuhan…. tidak… tidak… gumam Chace dalam hati.

Lily sebenarnya adalah haknya Alex juga. Yang seharusnya dijodohkan pada Lily adalah Alex.. bukan dia… tetapi 7 tahun yang lalu kakaknya itu menolak mentah-mentah dan kabur dari rumah. Jadi pertunangan yang seharusnya dilakukan oleh Alex harus ditimpakan padanya.

Dan itulah sebenarnya alasan utama Chace sangat membenci Lily. Baginya Lily adalah sumber permasalahan yang terjadi di keluarganya. Alex yang kabur karena menolak perjodohan keluarganya. Saat itu Alex berusia 17 tahun dan memang sangat keras kepala dan keras kemauan tidak mau hidupnya terkekang dengan pertunangan konyol keluarganya. Ayahnya sempat mengancam akan mencoret Alex dari daftar ahli waris dan perusahaan keluarga yang seharusnya akan menjadi miliknya kelak akan dicabut dari haknya. Sungguh di luar dugaan… Alex benar-benar tidak takut dengan ancaman itu… dia tidak peduli. Dia memang tidak bernafsu dengan harta dan kekayaan…. malah dia ingin membangun perusahaan miliknya sendiri dan ternyata keinginannya itu sekarang terwujud.

Sejak saat Alex pergi dari rumah… Chace sangat membenci gadis yang hendak ditunangkan pada kakaknya itu. Apalagi saat itu juga kondisi ayahnya drop… strokenya parah sehingga sekarang dia lumpuh dan harus duduk di kursi rodanya. Alangkah kagetnya Chace pada suatu ketika kedua orangtuanya dengan pelan dan sangat hati-hati berbicara padanya pada suatu malam. Ternyata mereka tidak pernah melupakan perjodohan itu. Pertunangan dengan putri keluarga Collins harus terwujud dan Chace lah yang harus menggantikan Alex.

Saat itu Chace benar-benar tidak habis pikir akan isi kepala kedua orang tuanya. Kenapa mereka begitu ngotot sekali? Anak sulung mereka pergi dari rumah gara-gara hal itu… dan mereka masih tetap memaksakan kehendak mereka itu pada anak mereka yang lain.. yaitu Chace. Tetapi Chace memang tidak bisa menolak… Chace sebenarnya bisa saja melakukan itu bahkan mungkin ikutan kabur dari rumah seperti kakaknya… tetapi melihat kondisi Mr. Crawford yang saat itu sangat down dan melemah Chace tidak kuasa. Mrs. Crawford bahkan menangis tersedu-sedu dan memohon dengan sangat pada Chace untuk tidak menolak. Akhirnya Chace pun luluh dan mengikuti permintaan mereka.

Tetapi tetap saja…. kebencian Chace pada Lily semakin bertambah… dia menganggap Lily adalah perusak hidupnya.. dia kehilangan kakaknya.. dia kehilangan kebebasannya gara-gara gadis itu. Saat pertama kali mereka dipertemukan… Chace betul-betul muak… Lily memang cantik dan manis.. tetapi kebencian Chace membutakan hal itu semua. Dia bahkan sudah berikrar dalam hati untuk tidak akan menerima perasaan gadis itu karena sebenarnya Lily bukanlah haknya… dia yakin suatu saat Alex akan pulang.. dan Chace akan menyerahkan Lily pada Alex. Memang ada saat- saat dimana perhatian dan kebaikan Lily membuat Chace sedikit terpesona. Tetapi dengan cepat pula dia akan menepis semua itu dan terus mengingatkan dirinya bahwa dia hanyalah pengganti Alex dan Lily bukanlah haknya.

Tetapi itu dulu…. semua sudah berubah sekarang saat akhirnya hati Chace benar-benar luluh dan akhirnya mencintai gadis itu dengan teramat sangat. Chace tidak lagi memikirkan kakaknya… tidak ada Alex… yang ada hanya dia dan Lily. Tetapi sekarang… kesadaran menimpanya.. Alex pulang.. bagaimana kalau Alex juga menginginkan Lily? Mengingat ternyata saat ini gadis itu sangat menawan. Dan yang lebih menakutkan lagi.. bagaimana kalau Lily juga terpesona pada Alex… apalagi kakaknya ini memang terkenal sangat pintar memikat hati wanita dibanding dirinya. Bukankah dulu saat Alex masih sekolah… dia punya segudang pacar yang selalu dia pamerkan setiap minggunya?

Tidak… tidak boleh… Lily bukan haknya Alex.. Lily itu milikku… gumam Chace dalam hati. Alex seharusnya tidak boleh merebut Lily darinya bukan? Jika dia memang menginginkan Lily… sepatutnya dulu dia tidak menolak pertunangan mereka 7 tahun lalu dan menerima gadis itu. Ah…. Chace kembali membayangkan jika memang saat itu benar-benar terjadi. Alex lah yang menjadi tunangan Lily bukan dia. Mungkin sekarang Alexlah yang sedang berdua-duaan dan bermesraan dengan Lily.. dan dia hanyalah di anggap calon adik ipar oleh Lily…. Tidak!!!!!!! Itu benar-benar mimpi buruk… Chace tidak sanggup membayangkan hal itu… membayangkan Lily berdua dengan Alex… membuat hati Chace sakit dan ingin mati saja.

“Chace? Kamu kenapa?” sontak bahuku dipegang… ah.. tangan lembut ini milik gadisku.. Lily. Segera kuraih tangan itu dan mendudukkannya di sebelahku.

“Kenapa kamu ada di sini Chace? Kenapa kamu tidak ikut ke kebun belakang? Lihat ayah ibu dan kak Alex sedang bergembira sambil minum teh di sana.. kita seharusnya ikut bergabung dengan mereka…” ujar Lily. Saat ini memang aku sedang berada di kursi teras… dan Lily sama sekali tidak pernah kuizinkan untuk lepas dari sisiku.

Genggamanku pada jemari Lily mengeras.

“Aku ingin di sini dulu sayang… dan ingat.. kamu harus tetap di sampingku… oc…” ujarku padanya. Lily tertegun melihat sikapku.

“Kamu kenapa Chace? Aku memang selalu di sampingmu kok… tetapi kita kan harus ke sana bersama mereka… kita juga harus ikut bergembira akhirnya kakakmu pulang… aku juga ingin mendengar kabar darinya.. hah..aku tidak menyangka ya..kak Alex itu ternyata tampan sekali… dia dewasa… keren… dan sukses… kamu sudah dengar kan.. akhirnya dia berhasil membangun perusahaan miliknya sendiri.. wah… di usia masih muda seperti itu dia sudah menjadi pengusaha sukses” ujar Lily menerawang.

Chace terkejut. Telinganya panas. Hal yang tidak disukainya itu benar-benar terjadi.. Lily mulai terpesona pada Alex??? Baru beberapa saat yang lalu mereka bertemu dan sekarang Lily sudah memuji-muji Alex setengah mati. Chace kini menatap Lily marah dan dingin.

“Apa maksudmu Lily!!?? Kamu sengaja membanding-bandingkan aku dengan Alex??!!! Apakah Alex lebih tampan dan keren dariku???!! Aku tahu dia dewasa!! Tetapi apakah aku juga masih tidak cukup dewasa untukmu?!! Iya dia sukses… tetapi aku juga akan begitu kelak… aku juga akan sukses Lily Collins.. jika menurutmu kamu tidak akan bahagia dan akan melarat karena menikah dengan ku… kamu salah… aku akan melimpahi kamu dengan harta.. jika memang kamu ingin punya suami yang kaya raya… aku janji akan kaya untukmu kamu tidak akan terlunta-lunta denganku!.. tetapi tolong.. jangan banding-bandingkan aku dengan Alex… aku bisa melebihi dirinya!” ujar Chace marah.

Lily terkejut melihat Chace yang membentak dirinya. Dia sama sekali tidak membayangkan itu.

“A.. apa yang kamu katakan Chace??…” ujar Lily shock. “Siapa yang membanding-bandingkan kamu dengan kak Alex? Dan satu hal yang harus kamu tahu Chace… aku tidak butuh kekayaan atau harta dari mu! Aku akan menikah dengan mu nanti terserah mau apapun kondisimu…. aku heran dengan sikapmu ini.. ada apa sih sebenarny?” tanya Lily benar-benar tidak terima.

Chace tidak menjawab.

“Kalau kamu tidak mau menjawab.. ya sudah.. aku pergi dari sini… dan tuan Crawford… jernihkanlah pikiranmu” ujar Lily sambil berdiri masuk ke dalam rumah.

Lily berlari menuju kamar Chace hendak mengambil tasnya. Hatinya betul-betul sakit mendengar kata-kata Chace tadi. Seakan-akan Chace menganggapnya sebagai perempuan yang hanya ingin materi saja. Air mata Lily merebak. Kenapa Chace seperti itu? Tampaknya ada yang mengganjal hati laki-laki itu semenjak Alex pulang. Sudahlah… Lily tidak mau memikirkan hal itu dulu.. yang dia inginkan sekarang hanyalah pulang dan menunggu sampai Chace bisa berpikir tenang.

Chace tidak mengikutinya… saat turun dari tangga Lily masih melihat Chace terus tepekur di teras. Tiba-tiba terdengar suara Mrs. Crawford yang memanggilnya.

“Lho.. Lily? Kamu mau kemana? Mau pulang?” tanya Mrs. Crawford heran.

Lily sedikit gelagapan “Eh iya tan… sekarang sudah sore.. Lily mau pulang ke rumah dulu…”

“Lha… kok buru-buru gitu sih.. kamu belum berkenalan dengan Alex kan? Ayo tante kenalkan dulu padanya.. dari tadi dia nanya-nanya kamu terus lo…” ujar Mrs. Crawford.

Lily jadi bingung. Sepertinya tidak enak juga jika dia harus pergi padahal Alex menanyakan dia.

“Ayo ikut tante…. kenalan dulu sama Alex… sini” Mrs. Crawford kini menarik tangan Lily. Terpaksa Lily pun mengikutinya.

******

Chace’s POV

Argggh!!! Apa sih yang ada dipikiranku? Kenapa tadi aku membentak Lily? Memang aku masih marah pada gadis itu karena memuji-muji Alex di depanku.. tetapi rasa penyesalanku juga begitu besar. Aku harus minta maaf padanya… kami kan baru saja memulai hubungan… masak pada hari yang sama kami harus bertengkar lagi? Aku tidak boleh membiarkannya pergi meninggalkanku dengan situasi seperti ini.

Tetapi Wait a minute kenapa dia lama sekali di dalam? Bukankah dia tadi ingin pergi dari sini?

Aku pun bergegas berdiri dari tempatku dan segera menyusul Lily ke dalam rumah. Dimana dia? Mungkinkah dia mengambil barangnya dulu di kamarku? Aku pun menaiki lantai atas menuju kamarku. Tetapi kosong. Tidak ada sosok siapa-siapa di sana. Tas atau barang-barang Lily juga tidak ada di situ. Aku jadi bingung.

Kemudian aku mendengar suara tawa di halaman belakang. Dengan cepat aku menuju jendela kamarku yang memang menghadap kebun belakang. Dan deg!… jantung ku berdetak kencang.. hatiku panas… rasa cemburu kembali menguasaiku… aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang sedang kulihat sekarang ini.

Lily sedang bersalaman dengan Alex. Dan betapa bencinya Chace melihat senyum merona dari wajahnya Lily saat berjabat tangan dengan kakaknya itu. Alex juga tampak senang… dia bahkan seperti menatap Lily dengan tatapan penuh arti. Arggggh!!!! Shit!! Shit!!! Damn you Alex!! Lily!!… sungut Chace dalam hati.

Chace betul-betul dikuasai cemburu sekarang. Dengan cepat dia keluar dari kamarnya menuju kebun belakang. Dan setibanya di sana.

“Lily!!!!” teriak ku.

Sontak semua mata memandangku bingung. Kemudian kutarik tangan Lily sedikit kasar.

“Ayo pulang… katamu tadi mau pulang kan?!” ujarku sedikit marah.

“Chace sakit…” ringis Lily karena tanganya kupegang erat.

“Chace! Kamu kenapa? Biarkan Lily dulu di sini… dia kan sedang mengobrol dengan kakakmu?” ujar mam.

Arggh… bahkan mam juga… ah.. tiba-tiba ketakutan melandaku.. bagaimana kalau mam dan dad sekarang beralih akan mentunangkan Lily pada Alex? Bukankah pada awalnya seharusnya merekalah yang bertunangan? Aku tidak terima!! Enak saja!! Lily itu milikku!! Dia punyaku!!

“Lily.. bukannya kamu tadi minta pulang?? Sini biar ku antar..!” ujarku padanya.

“Hei little brother…. jangan tarik nona Collins sekasar itu dong… lihat dia kesakitan… kalau memang dia masih belum ingin pulang.. biarkan dia di sini.. lagian aku masih belum puas berbicara padanya… kamu kenalkan dong tunanganmu ini pada kakak…” ujar Alex sambil tersenyum manis. Dan Shit!! Aku tidak suka senyuman itu… seakan-akan mencoba menarik perhatian Lily.

“Ah… nggak apa-apa kok kak Alex… aku memang berniat mau pulang kok.. tadi mam dan dad sudah menelepon.. maaf tan… om… kak Alex… kapan-kapan kita sambung lagi pembicaraan kita… saya mau pamit pulang dulu.”

Hatiku melonjak kegirangan. Hmmmm….. bagus cintaku.. kalau boleh jangan dekat-dekat dengan kakakku ini… dia itu perayu wanita ulung.

Tampak wajah Alex mam dan dad sedikit kecewa.

“Kalau begitu biar aku saja yang antar Lily Chace… kamu kan masih belum sehat… mam dan dad tadi sudah cerita soal kecelakaan yang kamu alami semalam.. tidak mungkin kamu bisa menyetir… kamu lebih baik istirahat saja..” ujar Alex menawarkan diri.

No… No.. No!!!!! Tidak… enak saja! Aku geram.

“Iya Chace.. sebaiknya Alex saja yang antar Lily pulang” Sial.. mam juga ikut-ikut an…

Dengan cepat aku menggeleng.

“Tidak mam!!! Aku sudah sembuh kok.. Chace yang akan antar Lily pulang….” ujarku tegas. Wajahku merah padam sedikit menahan emosi. Tampaknya mam dan Alex menyerah. Hmmm aku lega.

“Baiklah Lily… Chace antarkan Lily pulang dengan selamat ya… hati-hati.. ingat kondisimu dan Lily sayang.. jangan lupa sampaikan pesan ku pada Mr dan Mrs. Collins ya nak… malam ini kalian datang lagi ke sini… kita rayakan kepulangannya Alex…. om sudah tidak sabar ingin mengenalkan dia pada kedua orang tuamu” ujar dad pada Lily.

Hatiku yang tadi kegirangan kini kembali melengos. Ha??? Dad ingin mengenalkan Mr dan Mrs. Collins pada Alex?? Ya Tuhan…. bagaimana kalau saat mereka melihat Alex dan pendirian mereka berubah? Bagaimana kalau mereka lebih memilih Alex menjadi tunangan Lily dari pada aku? Secara Alex sekarang sudah sukses dan mapan sedangkan aku lulus kuliah saja belum. Wajahku pucat pasi.

“Baiklah om…. ayo Chace” ujar Lily yang sekarang gantian menarikku. Aku kini yang mengikutinya. Ah perasaanku benar-benar kacau sekarang.

Aku mengendarai mobilku dengan kencang. Aku bahkan sampai tidak memperdulikan Lily yang berteriak histeris ketakutan dan memintaku untuk memelankan laju mobilku. Akhirnya dengan emosi yang masih meledak-ledak… ku rem mobilku mendadak. Rasa nyeri di kepalaku yang masih terbalut perbanpun muncul kembali

“Aaa!!!! Chace!!!”

Aku pun tersadar… kulihat Lily di sebelahku. Ya Tuhan.. untung saja dia mengenakan safety belt… kalau tidak.. kepala gadisku itu pasti akan membentur dashbor…. aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika hal itu sampai terjadi.

“Lily… Lily… kamu tidak apa-apa sayang??” ujarku khawatir. Syukurlah.. dia tidak kenapa-napa.

Tetapi gadis itu kini menatapku tajam dan marah.

“Kamu sudah gila ya Chace!!?? Ada apa denganmu!!?? Kamu bisa membuat kita mati konyol!!” teriaknya padaku.

Perasaanku sudah tidak dapat terbendung lagi. Kini kupeluk Lily…. kupeluk dia erat-erat……

“Jangan tinggalkan aku Lily…..” ujarku lirih. Lily tampak terkejut dengan sikapku. Kini sikapnya melembut diapun lantas memegangi pipiku.

“Chace? Ada apa?” tanyanya pelan.

Kuhela nafasku panjang… aku tak kuasa lagi.

“Lily…. jika seandainya disuruh memilih…. kamu akan memilih siapa? Aku atau Alex?” tanyaku padanya.

Mata Lily membulat. Dia sedikit tertawa mengira aku bercanda. Tetapi aku serius.

“Chace Crawford…. tentu saja aku pilih kamu…. haha.. kenapa kamu bertanya seperti itu? Konyol sekali… kenapa juga aku harus memilih Alex? Ada-ada saja” ujarnya sambil tertawa. Tetapi aku masih tetap khawatir.

“Tahukah Lily…. yang seharusnya ditunangkan padamu dulu 7 tahun yang lalu itu bukan aku…. tetapi Alex..” ujarku pelan. Kini Lily terdiam… wajahnya tampak kaget.

“Ha?” tanyanya tak percaya.

“Iya sayang.. dia adalah anak pertama tentu saja dia yang seharusnya dijodohkan dulu padamu. Tetapi…. dia menolak… sebenarnya itu adalah alasan utama dia kabur dari rumah. Kamu tahu Lily… itu pula alasanku sebenarnya mengapa dulu aku sangat membenci kamu. Aku merasa kamulah penyebab Alex pergi dan aku selalu merasa kalau kamu itu bukanlah hakku. Aku hanyalah yang menggantikan Alex. Jujur Lily… ada saat-saat dimana aku sempat luluh dan terpesona padamu… tetapi dengan cepat kutepis perasaan itu.. karena aku merasa kamu bukanlah milikku. Aku yakin suatu saat nanti Alex akan pulang dan kamulah yang akan ditunangkan padanya. Hah…. tetapi.. sekarang… aku tidak rela Lily.. tidak… saat aku tahu aku benar-benar mencintai kamu… aku tidak ingin melepasmu.. kamu milikku… aku takut karena aku juga melihat…. Alex mulai terpesona padamu.. aku takut jika dia merebutmu dariku karena memang yang seharusnya menjadi tunanganmu adalah dia… Arggh!! Shit!!” ujarku frustasi

Lily kaget mendengar semua penuturanku tadi. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya sekarang. Dia tampak merenung.. diam. Oh Lily.. jangan katakan kalau…. kalau kamu juga mulai terpesona pada Alex…

“Lily… katakan sesuatu sayang… ah… aku tidak sanggup membayangkan hal itu”

Kemudian tiba-tiba aku terkejut….

Wajah Lily kini mendekat. Aku bisa melihat matanya yang terpejam dengan jelas. Aku merasakan bibirku hangat oleh bibirnya yang menempel lembut.. manis. Lily.. dia menciumku? Dia memegang wajahku. Ah.. perasaanku yang tadinya kacau balau kini damai seketika… aku pun membalas ciumannya dengan perasaan menggebu-gebu. Kupeluk dirinya erat…. Waktu seakan berhenti. Hanya helaan nafas dan degup jantung yang terdengar di sela-sela ciuman membara dan dipenuhi gelora cinta. Tubuh kami itu semakin merapat seakan tak dapat terpisahkan. Lily… you make me crazy……

Saat ciuman kami terhenti. Aku melihat rona merah di pipi gadisku itu. Tampaknya dia malu sekali karena bertingkah sedikit agresif… karena selama ini jika kami ciuman akulah yang selalu memulainya. Kuelus pipinya penuh sayang… sungguh aku sangat mencintainya.

“Chace… jangan pernah berpikiran seperti itu lagi… apapun yang terjadi hanya kamulah yang aku cintai… kamulah tunanganku.. tidak ada yang lain… meskipun dulu yang seharusnya dijodohkan padaku adalah kak Alex… Walaupun pada saat itu kak Alex tidak jadi kabur dan menerima perjodohan kami… aku ragu apakah aku bisa mencintainya seperti aku mencintaimu… mungkin aku tetap saja jatuh cinta padamu… sudah lah Chace… Tuhan sudah merencanakan semua ini… kita memang berjodoh… mungkin perginya kak Alex dari rumah adalah cara agar kita dapat bersatu.. sudah banyak rintangan yang kita alami demi hubungan ini.. dan jangan biarkan pikiran-pikiran ini menghalanginya lagi..” ujar Lily sambil tersenyum.

Oh Tuhan…. tubuhku serasa ringan mendengar semua itu. Aku bahagia… kuciumi dia sekali lagi. Oh Lily… kamu memang gadis terbaik… hidupku serasa sempurna sekarang.

Kini kami berdua tersenyum.

“Yah… walau aku sedikit kesal sih.. kenapa ya… kedua laki-laki Crawford dulu menolakku… aku jadi tersinggung” celetuk Lily sambil memasang wajah sedikit sebal.

Aku tertawa dan mencubit pipinya gemas.

“Hahahaha…. kami memang bodoh Lily sayang… kami terlambat melihat pesonamu… untung saja aku bisa menyadarinya… jika tidak.. mungkin aku akan menyesal seumur hidup” ujarku padanya.

Lily mengerucutkan bibirnya mengejekku. Aku terkekeh. Kuhidupkan kembali mesin mobil dan kini kuantar gadis tercintaku ini pulang ke rumahnya.

*****

To be continued to Please, Love me Again (Chapter 8) klik https://ristylahagu.wordpress.com/2014/12/17/please-love-me-again-chapter-8/

****

Dear my beloved readers…..

Pasti kalian berpikir “Kok cepet bgt TBCnya?” atau “Waks!! Kependekan banget!!” ^0^

Hahaha Terimakasih ya masih tetap setia membaca cerita-cerita ku ini…… well… maaf kalau harus TBC lagi… ending semakin dekat kok….. ^0^…..

Agak pusing dengan chapter ini… pertama karena di komen chapter sebelumnya (Chapter 6) kak Selvi berhasil nebak alur cerita yang sudah lama ada dibenak author selama ini (Hahahaha Bravo..bravoo) jadi author ubah dikit deh… padahal author pengen bikin ada sedikit konflik cinta segitiga di dalamnya.. hehehe.. tetapi setelah dipikir-pikir… udahlah… ntar ceritanya makin memanjang lagi.. nggak selesai2 karena pasti ceritanya jadi sedikit rumit… jadi yah.. gini deh ceritanya… author jadi penasaran gimana pendapat kalian… apakah terlalu datar.. tidak menegangkan? Kalian suka atau tidak suka? Hehehehe…

Bagi yang suka dengan konflik-konflik tenang saja… sebelum ending pasti ada klimaksnya kok (ada satu konflik lagi) seputar cemburu butanya Chace sih.. sial cowok itu.. udah dikasih tahu lagi kalau Lily itu cintanya ma dia tetap aja dia masih cemburu ma si Alex… nah bakal ada konflik gede ntar (tapi gak gede-gede amat kok) hehehe… *duh kok dibocorin sih thor???*

Well… itu dulu ya… pliss komennya… oh iya.. author juga ngucapin selamat datang buat pembaca baru kita kak Anita K Zai…. happy reading ya kak.. ditinggal komennya. (Kalau bisa ngomen di blog ini ya.. gampang bgt kok tinggal ngetik nama trus alamat email (alamat surel) kalian.. dan end.. komennya… hehehe tapi kalau mau ngomen di FB.. BBM… Twitter juga nggak apa-apa kok.. author sayang kaliannn)

5

Please, Love me Again (Chapter 6)

Please, Love me again new

Title : Please, Love Me Again (Chapter 6)

Author: Vieveelaristy (Risty Lahagu)

Length: Chaptered

Genre: Fan fiction, Romance, Hurt/Comfort.

Cast: Chace Crawford/Lily Collins

Disclaimer: Castnya adalah aktor dan aktris holywood. Author cuma minjam nama mereka doang sebagai pemeran di dalam cerita ini… but the story is pure from author’s imagination.. so, because this is my own writing… sangat dilarang keras plagiat, nyontek or copy paste!!!!!!!!
– Continue Read->

5

Please, Love me Again (Chapter 5)

Please, Love me again new

Title : Please, Love Me Again (Chapter 5)

Author: Vieveelaristy (Risty Lahagu)

Length: Chaptered

Genre: Fan fiction, Romance, Hurt/Comfort.

Cast: Chace Crawford/Lily Collins

Disclaimer: Castnya adalah aktor dan aktris holywood. Author cuma minjam nama mereka doang sebagai pemeran di dalam cerita ini… but the story is pure from author’s imagination.. so, because this is my own writing… sangat dilarang keras plagiat, nyontek or copy paste!!!!!!!! – Continue Read ->

5

Please, Love me Again (Chapter 4)

Please, Love me again new

Title : Please, Love Me Again (Chapter 4)

Author: Vieveelaristy (Risty Lahagu)

Length: Chaptered

Genre: Fan fiction, Romance, Hurt/Comfort.

Cast: Chace Crawford/Lily Collins

Disclaimer: Castnya adalah aktor dan aktris holywood. Author cuma minjam nama mereka doang sebagai pemeran di dalam cerita ini… but the story is pure from author’s imagination.. so, because this is my own writing… sangat dilarang keras plagiat, nyontek or copy paste!!!!!!!!

Hehehe maaf ya readers kalau ceritanya rada “gaje” gitu… mungkin juga banyak mistypingnya… di maklumi ajalah… after read… di komen yaaa…. kritik dan saran juga sangat berguna.. supaya ceritanya semakin lebih baik lagi.. ^0^

 

Special thanks: My beloved husband Neis Gea (thanks buat semua yang telah kamu berikan sayang…), Sahabatku.. Pembaca setiaku dari “My Dandelion” yang juga mulai menyukai cerita aneh kali ini…kak Selvi Tel, Roz Zend, Rini Tel, Vakta Indah, Tita, Dirna, kak Mercy, Dek Guneng Gbh, dek Wawan, dek See, kak Trianna de losel, kak Mira B, kak Martha Zeb, Paskalina Zeb, dek Fournita, Kak Teti Artamei, Pani, dek Mala
Tel, Willy, dan bang Destimental… tanpa kalian… apalah artinya tulisan-tulisan q selama ini…. kalian adalah penyemangatku!!!!! ^0^

 

Well… Happy reading yaaa

*

*

*

Chace’s POV

Sialan! Ingin rasanya aku meninju wajah laki-laki itu. Tetapi baru saja aku hendak melakukan hal itu. Lily menarik tanganku. Alhasil niatku untuk membuat wajah Zac Efron menjadi babak belur pun pupus. Kini laki-laki itu berhasil melenggang pergi.

“Cih!!” dengus ku.

“Kamu kenapa?” tanya Lily.

“Ha?? Kamu ini gimana sih? Tadi itu aku pengen menghajar mukanya si Efron sialan itu. Kurang ajar sekali dia.. berani-beraninya dia mencium tanganmu” ujarku kesal.

“Biarin saja! Apa hak mu kalau dia mencium tanganku?” balas Lily. Ha!!!

“Hei… aku ini tunanganmu tahu… tentu saja aku tidak suka kamu diperlakukan seperti itu oleh laki-laki lain” ujarku sambil menatap Lily.

Lily mencibir.

“Kamu berlebihan Chace… aku suka sama Zac.. dia itu ramah.. lembut… baik.. perhatian.. tampan… keren… gak kayak kamu!” ujar Lily.

Eh.. eh… dasar gadis ini… kenapa dia malah membandingkan aku dengan si brengsek itu?

“Hei!! Jangan banding-bandingkan aku dengan si tolol itu. Aku itu lebih tampan dari dia tahu… aku juga lebih ramah.. lembut.. perhatian.. apa kamu tidak menyadari perbuatan baikku selama ini padamu nona Collins?” ujarku tidak terima.

Lily tidak menjawab. Kini dia berdiri dari kursi dan pergi hendak meninggalkanku.

“Hei… kamu mau kemana?” tanyaku terkejut sambil menarik tangannya. Lily melepas tanganku kasar.

“Aku mau ke kamar Chace… aku mau istirahat…. kamu membuat kepalaku pusing… sebaiknya kamu pulang sana… urus urusanmu sendiri.. dan hei.. urus pacarmu si Greene itu” ujar Lily sinis.

“No way!! Aku tidak akan kemana-mana… kalau kamu mau istirahat.. kamu harus kutemani.. bukankah Mr dan Mrs. Collins sudah menitipkanmu padaku? Hmm… dan satu lagi Lily sayang… aku tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan Ashley… kami sudah lama putus..” ujarku pada Lily.

Lily tertegun sejenak. Hmm.. aku jadi ingin membayangkan apa yang sekarang sedang ada dalam pemikiran gadis ini… apa dia senang mendengar hubunganku dan Ashley berakhir? Ah… semoga saja dia senang.. bukankah sebelum ini dia sangat berharap akan hal itu?

Cih.. sikap gadis itu kembali menohokku. Dia malah pergi seakan tidak peduli dengan omonganku. Argggh!!! You drive me crazy, Lily!!

Serta merta aku pun mengikuti dia masuk ke dalam gedung rumah sakit. Sepanjang lorong dia terdiam… tidak mau bicara. Aku ingin memegang tangannya karena tampaknya dia masih berjalan dengan sedikit tertatih-tatih. Tetapi dia menepis tanganku. Yap.. dari pada dia marah lagi… aku biarkan saja.. walau mataku terus mengawasi dirinya.

Sesampainya di kamar. Dia tetap tidak menggubrisku.. dia menganggap seolah aku tidak ada. Kini dia menaiki ranjangnya… dan tidur sambil membelakangiku. Ah.. gadis ini… apa sih yang ada dipikirannya? Aku mencoba untuk menahan perasaanku.. untuk tidak kembali berdebat dengan Lily.. aku harus membiarkan gadisku ini istirahat… Ku tarik kursi di sebelah ranjangnya…. mengawasinya.

******

Lily’s POV

Akhirnya…….

Setelah lebih 1 bulan aku menjalani terapi pasca sadar dari koma…. aku pun diizinkan pulang. Bahagianya… aku sudah sangat tidak sabar untuk sampai ke rumah. Aku rindu kamarku.. sungguh. Kini kondisiku sudah mulai membaik. Mungkin aku sudah bisa masuk kuliah lagi.

“Welcome home sweet heart…” ujar daddy padaku. Aku tersenyum simpul. Oh.. sungguh aku rindu sekali rumah ini. Tuhan.. terimakasih.. engkau masih memberiku kesempatan kedua untuk berada di dunia ini.. berada kembali di tengah-tengah keluarga yang sangat kucintai. Melihat wajah mam dan dad yang berbinar-binar.. membuat perasaanku meluap… air mataku mengalir.

Kulangkahkan kakiku mengelilingi rumah.. Suasananya masih sama seperti dulu… nyaman. Kini aku berjalan menuju tangga… ke atas… menuju kamarku. Sungguh.. sekarang aku mulai lupa keadaan kamarku sendiri. Mam membantuku membuka pintu kamar. Oh.. kamarku.. aku sangat merindukannya. Kukelilingi kamar itu seperti baru pertama kali aku berada di situ. Yap… this is my life… and I am so stupid have ever let it go.

Kupandangi wajah mam dan dad yang mengawasiku dari pintu. Mereka tampak bahagia melihatku. Yap.. ini seperti kehidupan kedua bagiku.. aku akan mengawalinya dengan baik mulai dari sekarang.. dan aku tidak akan menyia-nyiakannya lagi.

*****

Author’s POV

Di Cafetaria kampus.

Chace sibuk dengan laptopnya. Ah… awal semester kali ini betul-betul menyibukkannya. Dia sibuk berkutat dengan penyusunan thesisnya. Ini sebenarnya sangat menyiksa. Gara-gara ini intensitas kebersamaannya bersama Lily jadi berkurang. Bayangkan saja… dalam minggu ini.. dia hanya bisa mengunjungi Lily hanya 2 kali saja… Shit. Tetapi apa boleh buat.. ini demi masa depannya juga.. well.. diralat.. demi masa depannya dan Lily.. bukankah jika dia menikah nanti dengan Lily… dia harus memiliki pekerjaan yang mapan yang mampu menghidupi gadis itu? Tentu saja latar belakang titel pendidikannya sangat penting untuk mendapatkan semua itu.

Sebenarnya Chace berasal dari keluarga yang sangat mapan. Mr. Crawford adalah CEO sebuah perusahaan milik keluarga mereka sendiri, Crawford Coorporation. Walau Mr. Crawford sekarang duduk di kursi roda… kepemimpinannya akan perusahaan itu tetap berjalan dengan baik. Sebenarnya Mr. Crawford ingin sekali setelah Chace selesai kuliah… anaknya itu akan menggantikan dia memimpin perusahaan. Tetapi sayangnya Chace tidak mau. Chace sama sekali tidak memiliki minat untuk bekerja di perusahaan ayahnya. Dia lebih memilih menjadi seorang arsitek. Cita-citanya dari kecil. Chace adalah sosok yang pantang menyerah dan pantang memanfaatkan kedudukan ayahnya untuk mendapatkan pekerjaan. Dia ingin berjuang sendiri… kelak jika dia menikah dengan Lily.. dia ingin memulai karirnya dari nol.

Sebenarnya disamping itu.. alasan lain dia tidak ingin menggantikan posisi Mr. Crawford adalah Alex. Yah.. Alex Crawford.. kakak laki-lakinya yang menghilang semenjak 7 tahun yang lalu. Dia kabur dari rumah.. dan sampai saat ini tidak tahu bagaimana kabarnya. Sedih kehilangan Alexlah.. yang menyebabkan Mr. Crawford sekarang harus duduk di kursi roda. Tahun-tahun belakangan ini… keluarga sepakat untuk tidak membicarakan Alex lagi. Bahkan Mr. Crawford sudah menganggap Alex tidak ada.. dan menganggap bahwa dia hanya punya satu anak laki-laki yaitu Chace saja.

Tetapi tidak demikian dengan Chace… Chace yakin suatu saat nanti Alex pasti pulang… dan seharusnya jabatan pimpinan perusahaan ayahnya itu diturunkan pada Alex sebagai anak sulung dan bukan padanya. Chace cukup tahu diri. Dia tidak ingin mengambil posisi yang memang menjadi haknya Alex.

Chace masih terus berkutat dengan laptopnya. Mejanya penuh dengan buku-buku tebal dari perpustakaan. Di sebelahnya tampak Liam dan Josh yang malah asyik menggoda cewek-cewek di meja sebelah.

Tiba-tiba terdengar suara riuh… bisik-bisik keras… gumaman tak percaya… dan ah.. apa sih yang terjadi?

“Hei.. bukankah itu..”

“Hei itukan… anak yang kemarin itu..”

“Iya… anak sastra yang terjun dari gedung serbaguna kan?”

“Ha.. dia masih hidup??”

“Siapa namanya?”

“Collins ya..”

“eh.. dia makin cantik ya…”

Semua bisik-bisik itu sontak membuat jantung Chace berhenti berdetak. Apa itu? Mereka membicarakan siapa?? Lily kah? Seketika Chace menghentikan pekerjaan dan mengalihkan pandangan. Dan.. srrrr… darah Chace berdesir. Benar… mereka membicarakan Lily. Ya ampun… Lily.. dia sekarang sudah masuk kuliah.. kini dia melenggang masuk di kafetaria dan dengan santainya memesan makanan dan duduk di meja yang tidak jauh darinya. Hei… tunggu dulu.. kenapa gadis itu tidak memberi tahuku kalau dia hari ini akan mulai masuk kuliah? Gumam Chace sedikit kecewa.

Dan wait a minute…… a.. apa-apaan.. kenapa penampilan Lily jadi seperti itu? Well.. Chace terpana melihat Lily sekarang. Dulu… Lily terkenal tidak berpenampilan modis.. tampil tanpa make up dan apa adanya. Pakaiannya pun kebanyakan kaos lengan panjang dan celana jins panjang.. semuanya itu membuat Lily menjadi tidak begitu menarik di mata para cowok-cowok di kampus.

Tetapi sekarang… Lily.. Lily berubah… dia jadi semakin cantik.. menawan… pakaiannya pun berubah.. kini dia memakai dress dengan bahu terbuka. Dia jadi semakin sexi. Wajahnya pun dipulas make up…

“Wow…… si Collins sekarang ternyata berubah ya.. dia cantik bangeeeett” ujar Josh dengan mata melotot. Liam pun mengangguk cepat. Benar… seisi kafetaria sekarang terpana melihatnya.

Tetapi tidak dengan Chace… Chace tidak suka.. sungguh tidak suka melihat penampilan baru Lily. Sebenarnya penampilan Lily itu bukan hal baru di kampus. Hampir semua cewek-cewek di kampus berpenampilan seperti itu.. tetapi ini kali pertama Lily berdandan cantik seperti ini. Chace tidak suka. Apalagi melihat mata-mata jalang cowok-cowok di kafetaria yang memandangi tubuh Lily dengan tatapan tidak wajar. Sialan kau Lily!! Apa-apaan penampilan itu.. pakaian itu.. dadanya bergemuruh.

Dengan cepat dia memasukkan buku dan laptopnya ke dalam tas.. dia ingin segera menarik gadis itu keluar dari tempat ini. Apa dia tidak tahu kalau pandangan laki-laki di sini tampak bernafsu padanya? Tetapi saat Chace hendak berdiri dari kursinya. Dia terhenti. Tampak Ashley Greene dan teman gengnya yang terkenal populer Emma dan Ve memasuki Cafetaria dan kini sedang berjalan menuju Lily.

*****

Lily’s POV

Hmm.. aku cukup senang.. hari pertamaku di kampus berjalan cukup baik. Walau sebenarnya agak risih ketika aku masuk di cafetaria ini… banyak bisik-bisik tentang diriku. But well.. semua teralihkan dengan penampilan baruku sekarang. Hihihi.. kini kudengar banyak decak kagum yang memuji diriku. Mereka mengatakan aku cantik. Hah.. seharusnya aku dari dulu berdandan seperti ini… tidak lama lagi aku pasti akan populer di antara cowok-cowok kampus.

Kuminum colaku.. memainkan ponselku dan mencoba bersikap acuh tak acuh dengan suasana sekelilingku. Tetapi tiba-tiba….

Ah.. gadis itu.. Aku terkejut melihat Ashley Greene dan genknya mendekati mejaku. Apa-apaan ini? apa mereka ingin menggangguku lagi? Kini mereka dengan enteng berdiri mengerumuniku. Ashley pun duduk tepat di depanku. Lidahku kelu.

“Hai.. Collins….. bagaimana kabarmu? Kamu terlihat lumayan untuk orang yang baru saja bunuh diri” ujar Ashley sinis.

Sialan.. rutukku. Kenapa sekarang mereka malah merusak hariku. Gadis yang sangat kubenci ini menatapku dengan tajam.. tenang Lily.. abaikan mereka… jangan terpancing emosi.

“Hei.. lihat penampilannya sekarang hahahaha” ujar Emma terkesan mengejek.

“Mau mencoba menjadi angsa ya.. itik buruk rupa….” tambah Ve sinis. Mereka bertiga tertawa renyah.

Ya Tuhan… kini seisi cafetaria memandangi kami… menonton kami.. aku.. aku malu..

“Hah.. dia pikir dengan merubah penampilannya.. dia akan menarik hati semua orang…” ujar Ashley. Kemudian dia menatap mataku tajam.

“Kamu salah Lily Collins!! Penampilanmu ini buruk sekali! Kamu jelek! Cih.. kenapa ya kemarin itu kamu tidak mati saja” bentak Ashley. Tuhan… kata-kata Ashley itu benar-benar menusukku. Kemudian aku tersentak kaget… aku merasakan badanku basah dengan kejamnya Ashley mengguyurku dengan air cola. Badanku basah kuyup.

“Ooops.. maaf ya.. habis tanganku gatal sekali nih ingin menghapus make up jelek mu itu.. hahahaha” ujar Ashley. Kini mereka tertawa terbahak-bahak.

Air mataku merebak. Aku ingin sekali melawan mereka. Tetapi lidahku kelu.. aku tidak bisa… aku.. sialan… aku malah kembali menangis..

Tetapi tiba-tiba. Kulihat seseorang berbalik menyiramkan Ashley, Emma dan Ve air mineral. Aku terkejut.. semua terkejut. Kutolehkan kepalaku melihat siapa pelaku itu. Dan oh…. Cha.. Chace??

Ashley juga tersentak kaget… tidak percaya.. detik tadi dia merasa senang melihatku yang basah dan malu. Tetapi sekarang… dia juga ikutan seperti itu.. dan yang lebih membuatnya terkejut adalah.. orang yang menyiramkan air padanya adalah mantan pacarnya sendiri Chace Crawford.

“Cha… Chace??? Kyaaaaaa!!!! Apa yang kamu lakukan??!!!” teriaknya padanya Chace.

Chace tidak menjawab. Dia kini memegang pundakku dan menyampirkan jaketnya di bahuku. Dia pun melap wajahku dengan sapu tangannya. Semua orang kini terpana melihat kami. Aku tidak tahu harus berbuat apa.. aku hanya bisa menangis. Kemudian Chace melingkarkan tanganya di pinggangku berusaha menarikku pergi keluar dari tempat itu.

Tetapi lagi-lagi Ashley datang menarik Chace. Ah.. kenapa hatiku sakit saat Ashley memegang tangannya Chace? Aku seperti tidak terima.

“Chace??? Mau kemana kamu?? Jawab pertanyaanku!! Ada apa denganmu!!? Kenapa kamu menyiramku! Dan kenapa kamu membela si Collins ini?!!” teriak Ashley tidak terima. Chace melepas pegangan Ashley kasar.

“Untung aku tidak menamparmu Ashley!” ujar Chace dingin pada Ashley. Dan kemudian dia menatap seisi cafetaria.. berbicara keras seakan memberi pengumuman. “Well!! Untuk kalian semua…. jika ada seorang pun yang berani mengganggu Lily Collins… mendekati dia… maka dia akan berurusan denganku.. aku tidak akan segan-segan membuat kalian menderita.. kalian tahu kenapa.. karena dia… dia tunanganku!!” ujar Chace tegas sambil mempererat pelukannya di pinggangku.

Seisi cafetaria terkejut. Bisik-bisik tidak percaya pun riuh terdengar. Terlebih-lebih genknya Ashley. Mulut mereka menganga. Aku juga sama terkejutnya. Tidak kusangka Chace akan berani mengumumkan status hubungan kami yang sebenarnya. Bukankah selama ini dia yang selalu memintaku dengan keras untuk menyembunyikan hal itu?

“A.. apa??? A.. aku.. aku tidak percaya Chace!!” teriak Ashley lagi.. wajahnya tampak menyedihkan.

“Cih.. bukankah selama ini aku sudah mengatakan padamu Ashley kalau aku sudah bertunangan dari 7 tahun yang lalu.. dan well.. Lily Collins inilah orangnya. Jika kau tidak percaya.. terserah.. tunggu saja undangan pernikahan kami kelak.. jangan khawatir aku tidak akan lupa untuk mengundangmu..” ujar Chace dingin. Kemudian dia menarikku pergi.

*******

Author’s POV

Chace membawa Lily di parkiran.. tidak peduli dengan tatapan orang-orang. Kemudian dia mengajak Lily naik di motornya. Awalnya Lily tidak mau tapi Chace memaksanya. Akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan kampus.

Chace membawa Lily di taman Brooklyn Bridge. Lily masih sesengukkan. Chace pun terdiam. Mereka terdiam. Lama mereka hanya memandangi sungai sambil melihat pemandangan Manhattan di seberang sungai yang menawan.

Kemudian akhirnya.. Chace berbicara.

“Kenapa kamu tidak mengabariku kalau hari ini kamu masuk kampus?” tanya Chace.

“Untuk apa?” balas Lily tidak peduli.

Ah… Lily masih saja bersikap ketus. Chace hanya bisa menghela nafas. Gadis ini memang sungguh keras kepala.

“Aku tidak suka penampilan mu ini..” ujar Chace pelan.

Lily menatapnya.. tersinggung. Dengan kesal dia berdiri dari kursi taman yang mereka duduki.

“Kalau kamu mengajakku ke sini hanya untuk menghina penampilanku Chace Crawford… lebih baik aku pulang… cih… Aku tahu aku jelek.. tidak menarik… tetapi aku tidak butuh hinaan darimu..kamu memang tidak ada bedanya dengan pacarmu si Greene itu.. suka menghina dan tidak peduli perasaan orang lain. Kamu pikir aku akan berterimakasih dengan tindakanmu tadi? Kenapa kamu berani sekali membeberkan semua tentang kita? Apa kamu tidak malu? Kamu malah semakin memperkeruh suasana Chace…. aku tidak tahu apa besok aku bisa ke kampus lagi karena orang-orang pasti akan semakin membicarakanku!” bentak Lily. Kemudian dia berjalan pergi.

Tetapi tiba-tiba nafas Lily tercekat. Jantungnya berdegup kencang. Chace memeluknya dari belakang.

“Bisakah kamu menghilangkan keras kepalamu itu Lily? Shut up and just Listen to me….” ujar Chace. Lily tertegun. Tidak tahu harus berbuat apa… jantungnya seperti mau copot. Kemudian Chace membalikkan badan gadis itu dan menatap mata Lily dalam-dalam.

“Kamu cantik Lily.. sangat cantik.. kamu tahu bagaimana aku sempat terpana melihat penampilanmu ini… tetapi… aku tidak suka… aku tidak suka melihat tatapan laki-laki lain yang juga ikut terpesona padamu… aku benci melihat mereka ikut menginginkanmu… kamu hanya boleh terlihat cantik untukku saja.. hanya aku yang boleh melihat pesonamu.. aku tidak ingin nanti ada orang lain yang merebutmu dariku… Selain itu… aku tidak mau lagi merahasiakan hubungan kita.. biarkan mereka tahu kalau kamu adalah tunanganku… itu malah lebih baik agar mereka tahu kamu itu milikku.” ujar Chace.

Lily tertegun. “Kamu…. kamu gila Chace…” ujarnya lirih.

“Dan satu lagi honey… berapa kali harus kukatakan kalau aku sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan Ashley.. dan asal kamu tahu… aku memang tidak punya perasaan apa-apa padanya bahkan dari awal… aku hanya… ah…” sejenak Chace terdiam… kemudian dengan pelan dia berkata “aku berpacaran dengan nya hanya untuk menyakitimu saja” Chace seakan tidak sanggup mengatakan itu.

Lily melepaskan diri dari Chace dengan kasar. Dia mendengus.

“Kamu memang laki-laki jahat Chace…” ujar Lily

“Tetapi itu dulu Lily… sekarang aku sadar… aku sangat mencintai kamu… maafkan aku…”

“Huh!!” Lily mendengus tidak peduli kemudian dia membelakangi Chace hendak pergi. Chace terkejut dan segera menyusul gadis itu.

“Hei… kamu kemana??!! Tunggu!” teriak Chace

“Jangan ikuti aku!! Aku mau pulang!” balas Lily dan kini malah berlari menghindari Chace

“Lily!!! Tunggu!!!” Chace kini mengejar Lily.

“Stop!!!! Aku mau pulang Chace!!” teriak Lily histeris saat Chace berhasil menyusulnya. Chace tertawa.

“Enak saja.. setelah tadi aku membela kamu di depan Greene… kamu mau ninggalin aku? No way baby…” ujar Chace tersenyum simpul.

Sorry ya… aku sama sekali tidak mengharapkan bantuan dari mu tadi… now get lost!!” bentak Lily. Chace malah semakin gemas dengan tingkah Lily… Wajah gadis itu akan semakin memerah jika dia sedang marah.

Well… kalau begitu.. kamu boleh pulang sendiri… asal kamu membayar bantuanku tadi” ujar Chace dengan senyum penuh arti. Lily terkejut. Apa? Apa apaan sih cowok ini…..

“Bayaran??? Maaf ya…. aku tidak akan membayar apapun yang telah kamu lakukan tadi.. karena memang aku sama sekali tidak memintanya.. ngerti nggak sih!!” ujar Lily kesal.

“No.. kalau begitu aku tidak akan membiarkanmu pergi sendiri… asal kamu tahu Lily sayang.. sejauh apapun kamu berlari dariku.. aku pasti bisa mengejarmu” ujar Chace percaya diri.

Sial! Rutuk Lily dalam hati.. ya sudahlah.. dari pada aku semakin berdebat tidak jelas dengan cowok aneh ini… lebih baik kuturuti maunya.

“Apa maumu!” ujar Lily sambil terus memberengutkan wajahnya.

Chace tersenyum seduktif. Kini tangannya melingkar kembali di pinggang Lily… mereka berhadapan begitu dekat.

“Kiss me…” ujar Chace.

Lily kaget setengah mati… cium?? No!!!

Lily meronta “What!!??? Tidak… aku tidak mau… bisakah kamu meminta yang lain Crawford!! Dasar kamu cowok mesum!”

Chace tertawa tetapi tetap tidak melepaskan gadis itu. “Bukankah kita pernah melakukannya? Hmmm….” goda Chace.

“Tidak!!! Aku tidak mau!!! Aku lebih memilih pulang bersamamu daripada harus berciuman lagi denganmu!!” teriak Lily.

Chace sedikit kecewa… kini dia melepas Lily. Lily mendesah lega.

“Baiklah sayang… ayo.. aku antar kamu pulang” ujar Chace tersenyum cerah sembari menggenggam tangan Lily erat berusaha agar gadis itu tidak kabur lagi darinya. Lily hanya bisa mendengus dan mengikuti Chace dengan sangat terpaksa.

********

Lily’s POV

Chace mengantarku sampai di rumah. Tetapi sebelumnya dia mengajakku dulu untuk mengisi perut di restoran. Sebenarnya aku tidak mau… tetapi sial.. perutku ini mempermalukanku. Di depan Chace perut ini berbunyi keras. Hiks.. memang dari tadi pagi aku belum sarapan.. dan aku gagal menyantap sesuatu di cafetaria gara-gara kejadian tadi. Jadi cowok itu kembali memaksaku untuk mampir dulu di restoran.. dasar dia sangat pemaksa.. aku tidak bisa melawannya.

“Well.. kita sudah sampai..” ujar Chace. Aku tidak menjawab aku segera turun dari motornya dan tanpa berkata apa-apa aku pun pergi meninggalkannya. Tetapi sialan.. lagi-lagi dia memegang tanganku. Arrggh!! Apa sih mau cowok ini.

“Apa-an sih Chace… pulang sana!!” ujarku

“Kamu belum mengucapkan terimakasih manis…” ujar Chace sembari tersenyum.

“Huh… well tuan Crawford… terimakasih banyak sudah mengantarku pulang.. udah.. puas!!” ujarku sambil mengerucutkan bibirku kesal.

Tetapi tiba-tiba… kembali jantungku berdegup kencang…. dunia seakan berhenti berputar…. cowok ini.. lagi-lagi dia…

Chace mengecup bibirku. Bukan ciuman seperti kemarin… ini berlangsung cepat. Hanya sepersekian detik saja. Tetapi tetap saja… jantungku seperti mau copot dari tempatnya.

“You’re welcome honey.. baiklah aku pulang dulu… salam buat Mr dan Mrs. Collins… dan ingat Lily.. kalau kamu pergi ke kampus lagi.. kamu harus bersamaku oc..” kemudian Chace kembali menghidupkan motornya dan berlalu pergi dengan entengnya.

Akhirnya aku tersadar. Dia… dasar kurang ajar!!!

“Chace Crawford sialan!!!!” teriakku… tetapi sayang cowok itu sudah menjauh padahal aku ingin sekali menimpuk kepalanya.

*****

Chace’s POV

“Jadi begitu……” ujar Liam sambil manggut-manggut.

“Benar-benar unbelievable…” tambah Josh lagi.

aku tidak bisa mengelak lagi. Tadi kedua sahabatnya Josh dan Liam datang ke rumah dan memaksaku untuk menjelaskan semua perihal hubunganku dengan Lily.. sedetail mungkin. Aku merasa tidak ada yang perlu disembunyikan lagi.. jadi aku memberitahu semua.. bagaimana aku dan Lily telah lama dijodohkan.. dan kamipun bertunangan.. bagaimana awalnya aku sangat membenci Lily dan hubungan pertunangan mereka… bagaimana Lily nekat mencoba mengakhiri nyawanya gara-gara perkataanku.. bagaimana rasa cintaku yang mulai tumbuh dan semakin lama semakin besar pada Lily semenjak kejadian itu.. dan bagaimana sikap Lily yang sekarang berubah drastis padaku…

“Apa yang harus gua lakukan sekarang…. dia bilang dia tidak mencintaiku lagi.. dia malah membenciku..” ujarku pada mereka. Josh dan Liam saling berpandangan.

“Maaf bro.. kami tidak tahu juga harus berbuat apa… yah.. gua rasa sih.. Lily memang pantas membenci lu yah.. mengingat perbuatan lu selama ini padanya..” ujar Josh… Arggggh!!!!! Aku mengacak-acak rambutku.

“Tetapi.. kami akan tetap membantu lu kok… apa pun yang terjadi jangan pernah menyerah untuk mendapatkan hatinya kembali.. gua yakin.. sebenarnya dia tuh masih cinta sama lu..” hibur Liam. Josh mengangguk. Aku tersenyum. Ya.. semoga saja pendapat mereka benar… jauh di dalam hati Lily.. sebenarnya masih ada ruang untuk diriku.

*******

Aku kesal setengah mati. Kemarin kan aku sudah mengatakan pada Lily untuk jangan pergi ke kampus tanpa diriku. Aku sudah mencatat jadwal kuliahnya Lily kemarin jadi aku tahu kalau siang ini dia ada jadwal kuliah. Padahal aku sudah membawa mercyku yang selama ini menetap di garasi mobil demi menjemput gadis itu dengan harapan gadis itu akan merasa nyaman dari pada aku menjemputnya dengan motor.

Tetapi sial! Gadis itu sudah pergi duluan. Aku menjemputnya di rumah tetapi Mrs. Collins berkata bahwa tadi dia dijemput temannya ke kampus. Dadaku bergemuruh.. karena ternyata yang menjemput Lily adalah seorang laki-laki.

Kupercepat laju mobilku. Aku ingin segera ke kampus.. ingin segera menemui Lily dan menanyakan alasan gadis itu tidak menungguku dan malah bersedia di jemput cowok lain. Argggh!!! Siapa sih cowok yang berani-beraninya menjemput gadisku?? Akan kuhajar dia!.

Sesampainya di kampus kuparkir mobilku dengan cepat. Tepat saat aku keluar dari mobilku… aku melihat Lily yang juga keluar dari mobil…. dan Deg… jantungku berdegup kencang.. marah.. kesal.. kecewa bercampur aduk menjadi satu saat melihat siapa laki-laki yang bersama Lily..

“Zac Efron…..” geramku.

Aku tidak bisa menguasai diriku lagi. Dengan cepat aku berlari ke arah mereka.

“Zac!!!!” teriakku marah pada cowok itu.

Zac dan Lily terkejut. Mereka sama sekali tidak menyangka kedatanganku. Kupandangi Lily kesal. Argh.. sial.. kenapa dia masih berpenampilan cantik seperti ini??? tetapi nanti saja kuprotes hal itu. Si Efron ini harus diberi pelajaran dulu karena berani mendekati tunanganku.

“Chace…” ujar Lily dia merasa was-was kali ini melihat ekspresiku.

“Kenapa bisa tunanganku bersamamu tuan Efron?!” aku berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan amarahku.

Zac tersenyum. “Oh.. maaf Chace… kemarin Lily dan aku memang sepakat untuk pergi bersama hari ini… Lily sendiri yang memintaku untuk mengantarkannya ke kampus…” ujar Zac enteng.

Apa?? Sial!! Benar-benar si kunyuk ini mengibarkan bendera perang untukku. Aku menatap Lily. Lily balas menatapku tajam.

“Memang aku yang meminta Zac untuk mengantarku ke kampus Chace….” ujar Lily. Ah.. gadis ini..

“Lily.. bukankah kemarin aku sudah mengatakan padamu kalau kamu tidak boleh ke kampus tanpa aku?” ujarku pada Lily kesal. Kini si Efron sialan itu senyum-senyum tanda kemenangan…. sial ingin kutonjok wajah sok gantengnya itu.

“Aku tidak mau pergi bersamamu Chace… bukankah sudah kukatakan padamu jangan mendekatiku.. aku itu benci sama kamu… dan plisss.. jangan mengekangku seperti ini.. aku bebas melakukan apapun yang aku suka…” ujar Lily lagi…

“Aku tunanganmu Lily Amelia Collins!!!! Dan aku tidak suka tunanganku pergi bersama laki-laki lain selain aku!” bentakku padanya… Lily… kamu benar-benar membuatku frustasi.

“Maaf… Lily… kalau begitu aku permisi dulu.. sampai bertemu lagi..” ujar Zac sebelum memasuki mobilnya pada Lily. Lily tersenyum manis sambil melambaikan tangannya… ah.. aku benci sekali pemandangan ini.

“Jangan harap!!!” teriakku. Kemudian mobil Zac menjauh pergi.

Lily mengacuhkan diriku yang mencak-mencak emosi. Dia malah ingin ngeloyor pergi. Tetapi segera kutangkap tangannya.

“Lepaskan aku Chace… aku ada kuliah sekarang…” ujar Lily mencoba melepaskan genggaman tanganku.

“Tidak!! Sampai kamu berjanji tidak akan pergi bersama si brengsek itu lagi… kamu hanya boleh jalan denganku” ujarku padanya.

“Kenapa aku harus berjanji seperti itu Chace? Bukankah sebelum ini kamu bebas melakukan apapun yang kamu suka… kamu bebas bercumbu dengan gadis siapapun dia… Walau pada saat itu hatiku sangat hancur.. tetapi aku hanya bisa menatapmu pedih.. aku tidak bisa melarangmu… jadi sekarang terserah aku mau berbuat apa.. jangan larang aku.” Ujar Lily sambil menghentak lepas tanganku. Dan kemudian dia berlalu pergi.

Hatiku tertohok. Sakit… aku begitu egois… ya.. aku memang tidak memikirkan perasaan gadis itu selama 7 tahun ini… sekarang saja aku merasakan hatiku begitu pedih melihat Lily seperti ini.. bagaimana dengan dirinya yang terus terluka sebelum ini?

Tetapi salahkah aku yang mencoba meraih hatinya lagi?? Aku ingin sekali menebus semua itu… aku ingin melimpahinya dengan cintaku… beri aku kesempatan Lily…..

Aku hanya bisa tertunduk sedih.

********

Author’s POV

Malamnya…….

Chace mengikuti mobil silver di depannya.. berusaha tidak menarik perhatian. Lagi-lagi si Zac Efron berhasil mendekati Lilynya. Padahal rencana malam ini… Chace ingin mengajak gadis itu jalan-jalan dan dinner romantis… dia ingin meluluhkan hati gadis itu lagi. Tetapi sial!! Rencananya hancur seketika saat Zac Efron datang lagi di rumah Lily dan menjemputnya entah pergi kemana.

Chace mencoba menenangkan amarahnya… jantungnya yang bergemuruh. Sialan!!! Kemana si Efron membawa Lily.. awas kalau dia berani macam-macam pada tunanganku… kali ini aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan wajahnya…. geram Chace dalam hati.

Setelah agak lama… akhirnya mereka sampai di sebuah bioskop.. Ha?? Zac mengajak Lily kencan di bioskop? Chace melihat Zac yang dengan sok romantis membuka pintu mobil untuk Lily… dan Hei Lily!!! Kenapa kamu menggandeng tangan lelaki brengsek itu??? Tidak!!.

Aku ingin sekali menghardik mereka… tetapi tunggu dulu… aku harus menahan diri.. kalau aku salah bertingkah lagi.. bisa-bisa Lily akan semakin membenciku.. aku tidak ingin gadis itu marah-marah lagi padaku.

Kuikuti mereka ke dalam bioskop… ku beli karcisnya dengan cepat.. dan berusaha agar mereka tidak melihatku. Yah.. kalian bisa menertawaiku sekarang karena aku kini menguntit gadis yang kucintai.. persis seperti dulu dia sering menguntitku.

Hei…. film yang akan di tonton ternyata “The Notebook” film super romantis yang terkenal dengan adegan-adegan menghanyutkannya. Kenapa mereka menonton film ini??? ini hanya pantas ditonton oleh pasangan kekasih!! Sial!!!!

Grrrrr….. aku sungguh tidak bisa konsentrasi… filmnya sama sekali tidak ingin kutonton.. mataku terus mengawasi mereka. Kulihat Zac yang sesekali menatap Lily dengan senyum yang menurutku sangat menjijikkan dan sialnya Lily malah tersipu-sipu karena itu… Hei hei hei… dan Oh… lagi-lagi Lily berpenampilan cantik seperti ini… kenapa dia memakai dress itu sih?? Agak sedikit tipis dan sexi walau dia memakai cardigan.. tetapi tetap saja… mata cowok-cowok akan nyalang menjelajahi dirinya.. dan kulihat si Zac juga begitu….

Hei.. apa-apa an ini?? kenapa sekarang kepala Lily malah nyender di bahunya Zac????? Tuhan!! Aku ingin sekali menghancurkan wajah laki-laki itu.. karena dia tampaknya sangat tidak keberatan malah senyum senang mengembang di wajahnya…. kupandangi layar bioskop.. ternyata sekarang adalah adegan romantis…. pantasan saja.. mereka pasti terhanyut pada scene itu… Damn!! Damn!! Damn!!

Ku betul-betul marah… gigiku gemeretak… tanganku panas dingin…

Dan finally… film pun berakhir… semua orang keluar dari bioskop itu… begitu juga Zac dan Lily… kutundukkan kepalaku saat mereka melewati bangkuku. Setelah itu aku segera berdiri dan mengikuti mereka.

Hei kali ini mereka kemana?? Kok tidak langsung pulang?? Mereka ternyata jalan-jalan dulu di sebuah taman hiburan… bweeeeh sok romantis kau Zac… apa lagi yang akan kau lakukan pada gadisku… Tuhan… kapan Engkau beri kesempatan padaku untuk membuatnya babak belur?? (Hei Chace!! Tidak boleh berdoa seperti itu…heee.. berdosa…*timpuk Author kepala Chace pelan*)

Lho.. lho.. lho.. kemana si Zac membawa Lily.. kali ini mereka berada di tempat yang sedikit jauh dari keramaian.. Lily… apa kamu tidak merasa takut??

Ku cari tempat persembunyianku.. masih tetap menguntit.. kali ini mereka berhenti… kupasang telingaku tajam-tajam berusaha mendengarkan pembicaraan mereka.

Tampak Zac memandangi Lily.. kini tangannya menggenggam erat tangan gadisku.. grrrrrr….. Lily tampak tersipu malu.. wajahnya merona..

Dan kemudian alangkah terkejutnya aku saat Zac berkata

“Aku mencintai kamu Lily.. maukah kamu menjadi kekasihku? Aku tidak peduli dengan tunanganmu.. bukankah kamu tidak mencintainya lagi?… aku akan menemui kedua orangtuamu.. dan akan segera melamarmu… aku ingin kamu menjadi milikku..” ujar Zac pelan…

Aku membeku……..

******

To be continued to Please, Love me Again (Chapter 5) klik https://ristylahagu.wordpress.com/2014/11/28/please-love-me-again-chapter-5/

*****

 

Sekedar kata dariku…

Hei hei hei… gimana readersku.. kali ini panjang ceritanya kan.. seru gak?? Semoga saja… ^0^ author sangat berterimakasih dengan komen-komen kalian yang semakin menyemangati author.. itu bagaikan vitamin lo.. sangat berguna buat author….

Author juga senang karena kalian banyak yang menyukai cerita aneh bin ajaib ini.. bahkan terharu kalau ada yang sampai nangis dan mungkin gila hahaha (jadi ingat ma dek Gunung deh)…

Di sini juga author mengucapkan selamat ulang tahun buat sahabat author yang cantik manis Tita (Vellie Al Zhee).. kemek-kemeknya mana sayang?? Maaf ya.. gak ada kado.. semoga cerita ini bisa jadi kado manis untukmu….

Mungkin ada yang bertanya-tanya kapan sih ending cerita ini?? whuuups… maaf harus berkata masih ada beberapa chapter lagi.. sabar saja.. jangan terlalu terburu-buru untuk ending lah.. hehehe… tetapi sedikit bocoran.. di chapter selanjutnya.. ceritanya akan semakin seru (semoga saja).. pokoknya ada adegan kecelakaan dan darah-darah deh… ciyus… (waks.. itu malah mengerikan thor… o-O)

Finally… seperti biasa.. berikan author suntik penyemangat… (Komen guys.. komen……)

5

Please, Love me Again (Chapter 3)

Please, Love me again new

Author: Vieveelaristy (Risty Lahagu)

Length: Chaptered

Genre: Fan fiction, Romance, Hurt/Comfort.

Cast: Chace Crawford/Lily Collins

Disclaimer: Castnya adalah aktor dan aktris holywood. Author cuma minjam nama mereka doang sebagai pemeran di dalam cerita ini… but the story is pure from author’s imagination.. so, because this is my own writing… sangat dilarang keras plagiat, nyontek or copy paste!!!!!!!!

Hehehe maaf ya readers kalau ceritanya rada “gaje” gitu… mungkin juga banyak mistypingnya… di maklumi ajalah… after read… di komen yaaa…. kritik dan saran juga sangat berguna.. supaya ceritanya semakin lebih baik lagi.. ^0^

 

Special thanks: My beloved husband Neis Gea (thanks buat semua yang telah kamu berikan sayang…), Sahabatku.. Pembaca setiaku dari “My Dandelion” yang juga mulai menyukai cerita aneh kali ini…kak Selvi Tel, Roz Zend, Rini Tel, Vakta Indah, Tita, Dirna, kak Mercy, Dek Guneng Gbh, dek Wawan, dek See, kak Trianna de losel, kak Mira B, kak Martha Zeb, Paskalina Zeb, dek Fournita, Kak Teti Artamei, Pani, dek Mala
Tel, Willy, dan bang Destimental… tanpa kalian… apalah artinya tulisan-tulisan q selama ini…. kalian adalah penyemangatku!!!!! ^0^

 

Well… Happy reading yaaa

*

*

*

Aku tidak mau melihatmu!

Pergi dari sini!

Aku benci kamu!!

Authors’s POV

Chace mengacak-acak rambutnya. Kini dengan terpaksa dia harus keluar dari kamar Lily dan terduduk frustasi di kursi lorong rumah sakit. Tadi gadis itu berteriak histeris… mengusirnya dengan kasar dari ruangan itu. Dengan sangat terpaksa dia pun mengikuti keinginan gadis itu.

Ah… kata-kata Lily terus terngiang-ngiang. Chace tidak percaya. Apa yang terjadi dengan Lily? Kenapa sekarang Lily terlihat membencinya? Padahal dalam benak Chace dia membayangkan Lily akan menyambutnya dengan senyum… senyum penuh cinta yang selama ini selalu diberikan gadis itu padanya.

Tetapi kali ini beda. Lily sepertinya tidak ingin melihat Chace. Bahkan dengan kasar dia mengusir laki-laki itu keluar. Kenapa… kenapa Lily seperti ini? apa.. ini akibat dari tidur komanya yang berkepanjangan sehingga kepribadian Lily jadi berubah?

“Arggghhh!!!!! Gadis itu” gerutu Chace.

Tiba-tiba Mrs. Crawford datang.

“Mam?? Gimana mam?? Kata dokter apa? Kenapa Lily jadi seperti ini??” tanya Chace. Mrs. Crawford menghela nafas panjang.

“Untuk sementara kamu jangan bertemu Lily dulu Chace. Kata dokter ini mungkin salah satu efek dari komanya… untung saja dia tidak amnesia… karena banyak kasus pasien yang tersadar dari koma itu biasanya mereka hilang ingatan. Mungkin ini hanya efek sementara saja.” Ujar Mrs. Crawford seraya duduk di sebelah Chace.

Chace menjerit dalam hati… Jadi dia tidak boleh bertemu Lily dulu?? Tidak… dia tidak sanggup… tanpa melihat gadis itu sehari saja… hidupnya serasa kosong…

“Chace tidak bisa mam… Chace harus bertemu Lily… Chace tahu.. Lily itu sangat mencintai Chace.. tidak mungkin dia bersikap seperti ini.. Chace harus bertemu dia sekarang” ujar Chace sambil beranjak dari kursi hendak menuju kamar Lily. Tetapi Mrs. Crawford sontak menarik tangan Chace.

“Chace… biarkan Lily tenang dulu.. dia baru sadar dari masa kritisnya. Kamu mau dia drop lagi??” bentak Mrs. Crawford.

Chace tersadar. Betul juga… dia tidak boleh gegabah. Seharusnya dia tahu itu. Chace akhirnya kembali duduk di kursi dengan perasaan gontai. Wajahnya terlihat sedih.

“Ini semua salah Chace mam…. Lily pasti seperti ini karena perlakuan Chace selama ini…” Ujar Chace sambil mengusap wajahnya yang mulai basah.

Mrs. Crawford terdiam. Sungguh dia paham apa yang dirasakan Chace sekarang ini. Melihat tindakannya pada Lily selama gadis itu koma.. Mrs. Crawford tahu jika anaknya itu sudah mulai mencintai Lily. Mungkin malah sangat mencintai gadis itu.

“Sudahlah nak… yang terpenting sekarang adalah Lily cepat sembuh.. kondisinya bisa kembali seperti semula. Setelah itu.. mungkin kamu harus kembali memperjuangkan hati Lily… jika kamu memang benar-benar menyayangi dia.. rebut kembali hatinya… buatlah dia mencintai kamu lagi.. jangan menyerah ya..” ujar Mrs. Crawford seraya menghibur Chace.

********

Chace’s POV

Kulangkahkan kaki ku di lorong rumah sakit. Sesampainya di depan kamar itu aku terdiam sejenak. Hari sudah malam. Suasana di sekitar kamar itu sepi. Kuhela nafasku sebentar. Berusaha menengangkan perasaanku.. jantungku yang terus berdegup tidak wajar. Kemudian ku buka pintu kamar itu.

“Lily….” gumamku lirih. Gadis itu sekarang tertidur lelap. Sial!!! Sudah hampir dua minggu aku mencoba untuk tidak mengunjungi nya…. sekarang aku tidak tahan lagi… aku tidak bisa.. aku tidak sanggup… bayang-bayangnya terus menghantui aku… aku harus menemuinya… aku harus melihat wajahnya… ya Tuhan.. I miss her so much.

Lily sendirian di kamar itu. Hatiku bertanya-tanya … kenapa tidak ada seorangpun yang menjaganya?? Mana Mrs dan Mr. Collins? Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Lily.. sedangkan tidak ada seorang pun di sampingnya? Ah… kucoba menepis pemikiran buruk itu.

Kududuki kursi di sebelah ranjangnya. Aku berusaha untuk tidak membuat suara. Gawat kalau gadis ini bangun.. mengingat pertemuan terakhir kami yang membuatnya histeris dan mengusirku. Ah… biarlah… beberapa menit saja aku memandangi wajah gadis yang sudah merasuki jiwaku ini. Perasaanku sekarang benar-benar lega saat melihat wajah lelapnya… damai sekali. Dia seperti air yang meredakan dahagaku.. ya… selama ini aku selalu kehausan.. haus dirinya.. Sial… aku benar-benar gila. Ah andaikan setiap hari aku bisa terus memandangi wajahnya.

Kubelai rambutnya pelan.. lembut… ingin rasanya aku membenamkan jari-jariku di sana. Kupandangi wajahnya sepuas-puasnya… pipinya merona… bulu matanya yang lentik.. hidungnya yang bangir.. bibir nya yang semerah chery… Ah.. ingin rasanya aku mengecup bibir itu.. dengan cepat ku tepis pemikiran gila itu.

“Hmmm…” kuhirup wangi tubuhnya dalam-dalam… wangi mawar… perasaanku melayang…. dia seperti heroin… heroin khas untukku sendiri… aku ingin memeluknya.

Tiba-tiba…. mata Lily membuka. Aku tersentak kaget.

“Cha.. Chace??” ujar Lily kaget.. matanya membulat saat melihatku. Gawat.

“Kyaa!!…mmmff”

Dengan cepat aku menutup mulut Lily sebelum gadis itu berteriak keras. Sial!! Aku bisa dikira pemerkosa jika gadis ini berteriak.

“Hei.. bisa tidak kamu berhenti berteriak??” ujarku pada Lily. Jujur aku sedikit kesal dengan perlakuannya. Lily mencoba meronta.

“Tidak akan kulepaskan sampai kamu berjanji tidak akan berteriak lagi” ujarku. Kutatap matanya tajam. Ada rasa takut terpancar dari mata gadis itu. Membuat perasaanku sesak. Dengan lemah dia menggangguk. Kemudian aku pun melepas tanganku yang menutup mulutnya.

“Maaf Lily… sungguh.. aku minta maaf… aku.. aku hanya ingin melihat keadaanmu saja” ujarku pelan.

Lily memandangiku kesal.

“Apa kamu sudah gila!! Kenapa kamu mengendap-ngendap seperti orang jahat di sini? Dan untuk apa kamu melihatku Chace.. bukankah aku sudah mengatakan padamu untuk tidak menemuiku lagi.. aku benci kamu! Aku tidak ingin melihat wajahmu!” bentak Lily.

Sial!! Gadis ini mengucapkan kata-kata itu lagi…. rasanya sakit.. seperti ribuan pisau ditancapkan di hatimu.

Yes.. I am mad now!!.. aku sudah gila Lily.. dan itu gara-gara kamu! Kamu benci aku?? Hah.. kamu Cuma berpura-pura sayang.. aku tahu kamu itu sangat mencintai aku..” balasku. Ah… kenapa aku jadi membentaknya seperti ini… itulah sifat burukku.. aku tidak terbiasa ditolak… aku akan berusaha memperjuangkannya.. aku tidak akan melepaskanmu Lily Collins…

“Huh!! Kamu terlalu percaya diri tuan Crawford yang sok tampan.. sok keren.. sok segalanya… well.. mungkin dulu aku terlalu bodoh mencintai kamu… tetapi sekarang aku sadar… sadar sesadar-sadarnya… untuk apa aku menghabiskan waktu mencintai orang seperti dirimu!! No way… koma kemarin itu cukup membantuku untuk menghilangkan perasaan itu. Sekarang terimalah Crawford… I don’t love you anymore…. aku malah sangat membencimu!! Bukankah kamu berharap aku pergi jauh dari hidupmu?? Kamu kan tidak mencintaiku… well.. sekarang kita sama-sama happy ending.. aku tidak mencintaimu lagi.. aku tidak akan mengganggumu lagi.. dan kamu bisa bebas melakukan apapun yang kamu mau… kita bebas sekarang… dan tolong… bisakah kamu meninggalkan kamar ini segera?? Atau aku memanggil security untuk mengusirmu!” ujar Lily ketus.

Kata-kata Lily itu menohok diriku. Membuat pikiranku gelap.. aku tidak tahu lagi apa yang merasukiku. Kupeluk gadis itu erat.. dan kucium bibirnya dengan kuat.. kulumat bibir cherynya habis-habisan.. membuatnya tidak bernafas.. dia meronta-ronta dalam pelukanku. Tetapi aku lebih kuat darinya. Lambat laun.. badannya melemas.. dia meleleh dalam pelukanku.. ciumanku pun kemudian berubah menjadi lembut… Lily tidak membalas… itu meyakinkan diriku kalau ini adalah ciuman pertamanya.

Kulepas bibirnya… wajahnya memerah.. mencoba mengambil nafas.. kukecup lembut keningnya.. matanya.. pipinya.. hidungnya.. bibirnya lagi.. kemudian kutatap matanya. Dia terdiam.. wajahnya betul-betul memerah sekarang…

“Aku mencintaimu Lily… aku sangat mencintaimu.. maafkan sikapku selama ini.. maaf… kamu tahu bagaimana perasaanku saat melihatmu jatuh.. berlumuran darah pada saat itu.. hatiku hancur.. aku tidak tahu kenapa.. semenjak saat itu.. aku selalu di sampingmu.. rasanya sakit.. hampa jika sedetik saja aku tidak melihatmu.. aku ternyata sangat mencintaimu.. perasaan itu begitu menyakitkan.. Lily.. tolong jangan membenciku.. aku ingin memperbaiki semua..”

Sial… kenapa air mataku mengalir.. biarlah.. biar gadis ini tahu bagaimana perasaanku padanya. Lily terkejut dengan penuturanku…. kemudian dia kembali berkata dengan dingin..

“Akhirnya kamu tahu juga bagaimana sakitnya perasaan itu Chace… tetapi maaf.. aku tidak ingin merasakan hal menyakitkan itu lagi.. sudah cukup aku menderita selama 7 tahun ini… terimakasih sudah mencintaiku. Tetapi maaf aku tidak bisa mencintaimu lagi.. perasaan itu sudah hilang” ujar Lily… mencoba mendorongku.. melepas pelukanku.

Aku terpana.. Tuhan.. apakah ini hukuman bagiku? Beginikah perasaan Lily selama ini.. beginikah rasanya ditolak? Disakiti?

Ah.. tidak… aku tidak akan menyerah… Lily saja sanggup berjuang selama 7 tahun ini demi menyadarkan keras kepalaku. Membuka hatiku… dan sekarang giliranku.. aku akan berusaha untuk membuat gadis ini kembali mencintaiku…

Aku berdiri dari ranjangnya. Memandanginya sambil tersenyum…

“Well.. Lily.. mungkin kita memiliki sedikit perbedaan.. aku tidak terbiasa ditolak.. jika aku menginginkan sesuatu.. aku akan berusaha memperjuangkannya. Kamu mungkin bisa berkata sudah tidak mencintai aku lagi.. tetapi aku akan merubah itu sayang… kamu akan mencintai aku lagi.. aku jamin itu.. bukankah aku tunanganmu??” ujarku sambil tersenyum.

Lily memandangiku kesal. Kulangkahkan kakiku menuju pintu kamar.

By the way… terimakasih untuk ciuman pertamamu.. aku tahu kamu cukup menikmati itu…” tambahku lagi sebelum meninggalkan tempat itu.

Wajah Lily kembali memerah… dia pun berteriak histeris…“Pergi kau dari sini Chace Crawford!!!!! Aku Benci kamu!!!”

Aku tertawa sembari keluar dari kamar itu. Hmmm… perjuanganku pun dimulai.

********

 

Lily’s POV

“Sudah cukup mam” ujarku pada mam yang masih terus menyuapiku. Aku sudah kenyang. Hah.. lega bisa keluar juga dari kamar ku. Sudah 3 minggu semenjak aku tersadar dari koma panjangku.. akhirnya aku diizinkan keluar kamar dan bisa duduk di taman rumah sakit ini walau masih terduduk di kursi roda. Kata dokter aku koma hampir 3 bulan…dan itu cukup membuatku seperti bayi lagi.. jadi aku harus kembali belajar berjalan karena otot-otot kakiku yang masih sangat lemah.

Hah… menjadi bayi lagi membuatku sedikit kesal… aku rindu berjalan.. berlari.. aku rindu aktivitasku sehari-hari.. aku bahkan rindu kuliah… gara-gara ini aku terpaksa cuti selama satu semester.

“Selamat pagi tante…”

Cih.. suara itu lagi… Arggh!! Ingin rasanya aku menjerit. Kupandangi wajah Chace Crawford sebal. Seperti biasa dia selalu membawa bunga Lily.. aku tidak pernah mau menerima bunga itu jadi sudah kuduga dia memberikannya pada mam. Pagi-pagi seperti ini dia sudah datang? Apa dia tidak ada jadwal kuliah? Huh.. setiap hari memang Chace tidak pernah absen mengunjungiku.. Mengganggu saja!

Chace mengecup pipi mam dan kemudian mengecup keningku.. dengan cepat aku menghindar.. tetapi sial.. dia berhasil mendaratkan bibirnya dikeningku. Sontak aku refleks menghapus bekas kecupan itu dari keningku. Chace terkekeh.

“Chace.. pagi-pagi gini kamu sudah datang? Apa kamu tidak ada jadwal kuliah?” tanya mam. Chace menggeleng..

“Tidak tante.. hari ini saya free.. jadi.. saya bisa seharian menemani Lily…” ujar Chace sambil memandangiku. Aku balas menatapnya sinis. Oh No… seharian bersama dia? Hiks! Malangnya nasibku….. gerutuku dalam hati.

Mam tersenyum penuh arti padaku. Aku menggeleng memohon.

“Baguslah kalau begitu sayang… jadi mam bisa pulang ke rumah.. kebetulan hari ini mam harus belanja… jadi tunangan kamu yang akan menjaga kamu sekarang” ujar mam

Duh mommy… jangan tinggalkan aku bersama makhluk ini.. plissss… tetapi mam tidak memperdulikan rengekanku.. dia pun pergi meninggalkanku berdua dengan Chace.

“Bagaimana kabar kamu sayang?” tanya Chace sambil tersenyum manis. Yap.. senyumnya memang manis sekali.. semua perempuan akan meleleh seketika hanya dengan melihatnya. Tetapi No way.. senyuman itu tidak berlaku lagi untukku… aku sudah kebal…

Hiks.. walau sebenarnya.. aku masih merasakan jantungku berdegup kencang jika bersama dengan nya.. Oh tidak Lily!!!! Jangan pernah kalah lagi pada perasaan itu.. buang dia jauh jauh…

“Hey kok diam?? Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Chace sambil menyentuh keningku. Dengan kasar kutepis tangannya.

“Cih.. Aku tidak apa-apa tauk!!”

Ah.. jantung ini mengkhianatiku.. kenapa dia malah berdebar semakin keras.

“Kamu ini.. ngapain datang ke sini lagi sih? bukankah kamu seharusnya mengajukan judul sekarang? Kamu kan semester 7.. apa kamu mau jadi mahasiswa abadi di kampus?”

Chace tertawa.

“Kamu perhatian juga ternyata ya… tenang saja sayang.. aku sudah mengajukan judul kok… apa kamu lupa kalau aku memiliki kecerdasan di atas rata-rata… tidak susah bagiku untuk bisa lulus dari kampus itu” ujar Chace enteng.

“Huh… percaya diri sekali kamu..” ujarku ketus. Walau sebenarnya aku tidak menyangkal… Chace memang sangat cerdas… yah…selain dia tampan.. menarik.. mempesona.. Argggh!!! Apa sih yang ada dipikiranku? Bweeeh!

“Lagian.. jika aku punya waktu sedikit saja.. lebih baik aku menghabiskannya bersama tunanganku tersayang…” ujarnya sambil mencubit pipiku gemas. Iiih.. Chace yang sekarang aneh… dia gila… dimana sifatnya yang sok cool kemarin itu. Aku mendengus sembari mengalihkan pandanganku darinya

Tiba-tiba aku terkejut. Chace tertawa senang. Sial… berani-beraninya dia…. dia memotretku. Sejenak tadi kurasakan flash kameranya menerpaku. Kini laki-laki itu memandangi ipadnya sambil tersenyum puas.

“Hei!! Apa-apa’an kamu??” teriakku marah.

“Yah…. aku Cuma menambah koleksi foto tunanganku saja…” ujarnya enteng.

“What??”

“Kamu mau lihat??” tanyanya sambil menunjukkan ipadnya… Oh My God… banyak sekali foto-fotoku di dalam itu…. bahkan ada foto saat aku tertidur… Sialan kapan dia melakukan itu? Kenapa aku tidak tahu…

“Argggh!! Chace Crawford!! Hapus foto-foto itu segera!!” teriakku padanya.

Chace menggeleng.

“Tentu saja aku tidak mau sayangku… kamu pikir gampang apa mendapatkan semua ini?? hehehe.. oh iya.. bukankah dulu kamu juga seperti itu? Sering mengambil fotoku diam-diam.. hmm??? Cuma sekarang aku berbeda denganmu… aku tidak suka menguntit.. aku lebih suka terang-terangan” ujarnya lagi.

Iiiiih…. dasar cowok aneh!! Gila!! Eh… kenapa kini dia menatapku seperti itu….

“Wajah kamu memerah…” ujarnya lagi sambil tersenyum.

Dengan cepat kupalingkan wajahku… apa?? Oh no.. no.. no.. jangan bilang aku tersipu…

“A… aku… mau belajar jalan sekarang” ujarku sambil mencoba berdiri dari kursi rodaku. Mencoba mengalihkan pembicaraan. Tetapi.. Duh.. kakiku masih terasa lemas… alhasil aku hampir terjatuh… untung saja Chace dengan sigap memegangiku.

“Hei cewek bodoh!.. kamu ini sembrono sekali… jangan langsung berdiri seperti itu… kamu bisa jatuh tahu… sini biar aku bantu jalan…” ujarnya sedikit kesal.

“Cih… aku bisa sendiri tauu… sudah lepaskan aku..” ujarku gengsi. Padahal aku tahu aku tidak bisa kalau sendiri.. aku perlu dipapah.

“Hei.. kaki kamu masih lemas… kamu tidak bisa sendiri.. keras kepala banget sih” ujarnya lagi.. tidak melepas pegangannya pada pinggangku.

“Kamu pikir siapa yang perbuat ini padaku??? Ini semua gara-gara kamu tahu” ujarku marah…

Chace sesaat tertegun.

“Kamu yang bodoh… aku tidak habis pikir… kemana akal sehat mu sampai kamu nekat melakukan hal itu?? Kamu bisa mati tahu?? Untung saja kamu masih bisa selamat…” ujarnya lagi.

Ah…. mengingat saat-saat itu kembali hatiku terasa sakit. Aku benci kamu Chace… ini semua salah mu!! Mataku memanas.. kurasakan air mataku merebak. Chace terkesiap melihat air mataku yang mulai mengalir.

“Maaf… maafkan aku Lily… maafkan aku…” ujarnya lirih.. kini dia menarikku di dalam pelukannya. Aku tak kuasa berontak…. akhirnya tangis ku meledak juga.

“Aku benci kamu Chace…. I hate you so much” ujarku di dadanya.. di sela-sela tangisku yang semakin menjadi-jadi..

“But I love you Lily… aku akan menebus semuanya.. aku sangat mencintaimu” Balasnya tidak peduli.. dia malah mengelus rambutku lembut..

**********

Chace’s POV

Hah… mendapatkan hati gadis itu memang cukup sulit. Tetapi aku tetap memiliki keyakinan bahwa jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia masih memiliki perasaan padaku.

Aku senang sekarang keadaan Lily sudah berangsur-angsur membaik. Dia sudah bisa berjalan lagi.. walau sedikit tertatih-tatih… sikapnya masih sama… masih ketus… tetapi dia tidak menolak kehadiranku… walau dia bersikap sinis setiap kali aku datang menjenguknya…. dia tidak menolak saat aku memapahnya.. menemaninya untuk belajar berjalan.

Hah.. Lily sebenarnya masih seperti yang dulu… hanya di padaku saja dia berubah.. sikapnya pada kedua orang tuaku masih sama seperti sebelum kejadian itu. Dia tetap lembut…. Aku jadi iri melihatnya bercengkrama dengan mam dan dad.. Lily Collins… kapan kamu bersikap lembut padaku??

Hari ini aku datang lagi… agak kesiangan karena pagi tadi aku harus kuliah dulu. Seperti biasa aku selalu membawakan bunga Lily padanya… hei.. bukankah dia memang seindah bunga itu? Sungguh tepat Mr dan Mrs. Collins memberi nama itu padanya.

Aku tersenyum simpul membayangi wajah ketus yang pasti menyambutku nanti.. Hahaha… lama-lama menggemaskan juga melihat dia marah-marah seperti itu…. Membuatku jadi semakin ingin terus menggodanya.

Tetapi tiba-tiba langkahku terhenti. Sial…. Sial… cowok itu lagi…. Arggggh!!!!!!!!! Hatiku kembali memanas.. terbakar api cemburu.

Yap.. sudah seminggu belakangan ini.. cowok bernama Zac Efron itu mendekati Lily.. dia adalah mahasiswa kedokteran yang sedang magang di rumah sakit ini. Awalnya aku tidak terlalu curiga pada cowok sialan itu karena kupikir dia melakukan itu karena sudah menjadi tugasnya untuk merawat pasien. Tetapi lama-kelamaan…. mereka berdua semakin dekat saja. Lily malah lebih banyak tersenyum pada cowok itu.. daripada bersamaku. Sial!! Damn!! Akhirnya aku sadar si Efron ini ternyata punya maksud lain mendekati Lily… Tidak.. tidak akan kubiarkan…

Kulangkahkan kakiku cepat menuju ke arah kursi taman itu.. dimana Zac dan Lily sedang tertawa berdua. Arggh…

“Lily sayang…” ujarku tiba-tiba seraya memeluk leher Lily dari belakang dan mengecup pipinya. Lily terkesiap kaget… kulihat Zac juga begitu.. dia tampak tidak senang.. Well see… haruskah aku mempertegas kalau kamu sedang mendekati tunangan orang.

“Hai.. Zac.. bagaimana keadaan tunanganku?” ujarku kemudian pada Zac. Zac mencoba tersenyum.

“Hai Chace… well… keadaannya semakin membaik…. sepertinya minggu depan Lily sudah bisa pulang” ujarnya.

“Wah.. bagus dong sayang.. kamu bisa pulang ke rumah.. aku sudah tidak sabar melihatmu meninggalkan rumah sakit ini…” ujarku sambil memandangi Zac sinis. Dan juga sangat tidak sabar melihat mu pergi menjauh dari Lilyku… geramku dalam hati.

Lily memandangiku sebal. Tampaknya dia tidak suka kebersamaannya bersama Zac terganggu olehku. Hei Collins… aku tunanganmu tahu!!

“Baiklah kalau begitu.. saya permisi dulu… nona Lily.. sampai bertemu lagi” ujarnya sambil menyalami Lily dan.. eh.. kurang ajar dia mengecup tangan gadisku… amarahku sudah sampai di ubun-ubun. Tetapi kucoba menahannya.. sial!! Awas kau Zac… kutatap dia dengan perasaan membunuh.. tetapi dia balas menatapku dengan perasaan menang. Well… kau mencoba menantangku?

Akhirnya Zac Efron sialan itupun pergi.

*****

To be continued to Please, Love me Again (Chapter 4) klik https://ristylahagu.wordpress.com/2014/11/24/please-love-me-again-chapter-4/

***

Sekedar kata dariku….

Well… kependekan ya??? Kyaaa maafkan saya ya….. hiks hiks… habis author tiba-tiba nge blank…. otak author tiba-tiba kosong nih… Maaf yaaaa….

Tetapi janji… postingan selanjutnya diusahakan lebih panjang lagi dari yang sekarang… I love you all my readers… seperti biasa komennya yaaaaaaaa ^0^

7

Please, Love me Again (Chapter 2)

please, love me again lily

Title : Please, Love Me Again (Chapter II)

Author: Vieveelaristy (Risty Lahagu)

Length: Chaptered

Genre: Fan fiction, Romance, Hurt/Comfort.

Cast: Chace Crawford/Lily Collins

Disclaimer: Castnya adalah aktor dan aktris holywood. Author cuma minjam nama mereka doang sebagai pemeran di dalam cerita ini… but the story is pure from author’s imagination.. so, because this is my own writing… sangat dilarang keras plagiat, nyontek or copy paste!!!!!!!!

Hehehe maaf ya readers kalau ceritanya rada “gaje” gitu… mungkin juga banyak mistypingnya… di maklumi ajalah… after read… di komen yaaa…. kritik dan saran juga sangat berguna.. supaya ceritanya semakin lebih baik lagi.. ^0^

 

Special thanks: My beloved husband Neis Gea (thanks buat semua yang telah kamu berikan sayang…), Sahabatku.. Pembaca setiaku dari “My Dandelion” yang juga mulai menyukai cerita aneh kali ini…kak Selvi Tel, Roz Zend, Rini Tel, Vakta Indah, Tita, Dirna, kak Mercy, Dek Guneng Gbh, dek Wawan, dek See, kak Trianna de losel, kak Mira B, kak Martha Zeb, Willy, dan bang Destimental… tanpa kalian… apalah artinya tulisan-tulisan q selama ini…. kalian adalah penyemangatku!!!!! ^0^

 

Well… Happy reading yaaa

*

*

*

Pikiran ku kalut….. mam terus bersikap dingin padaku. Arrgh…. kenapa semua jadi seperti ini… sayup-sayup kudengar isakan mam dari arah dapur. Kulangkahkan kakiku menuju tempat itu. Mam menoleh dan saat dia melihatku… wajahku, dengan cepat dia menghapus air matanya dan kembali bersikap acuh tak acuh padaku. Oh.. Tuhan… aku kembali menyakiti orang yang menyayangiku.

“Mam…” kusentuh pundak mam pelan.

Mam tidak menjawab. Dia malah menepis tanganku kasar. Kemudian dia berbalik hendak meninggalkanku.

“Mam please…. I am so sorry” ujarku lirih. Aku tahu kata-kata ini sama sekali tidak akan bisa mengubah semua.

“Seharusnya kamu mengatakan itu pada Lily, Chace… mam sungguh kecewa padamu” ujar mam. Aku tertunduk… sungguh aku tidak bisa menyangkal itu. Kemudian mam menatapku tajam.

“Apa Lily seperti ini gara-gara kamu Chace?” tanya mam. Hatiku tertusuk.

“Mam….” ujarku memohon.

“Jawab mam.. Chace Crawford!!! Apakah perbuatanmu selama ini selalu menyakiti Lily sehingga dia nekat berbuat seperti itu??!” tanya mam lagi.. kali ini amarahnya meledak.

Oh Tuhan… ingin sekali aku menyangkal itu… tetapi kenyataan memang tidak memihakku. Ini semua salahku… aku sudah banyak menyakiti gadis itu… tetapi sungguh tidak ada sedikitpun niatku membuat keadaan Lily seperti ini…. dan oh Shit!! Gadis itu… apakah hanya dengan kata-kata yang tidak sengaja kulontarkan itu… bisa membuat akal sehatnya menghilang dan membuat dirinya nekat melakukan perbuatan ini?? Tuhan….

“Mam…. aku… aku memang selama ini tidak berlaku baik di depan Lily… mungkin aku sedikit menyakiti perasaannya… tetapi sungguh mam…. aku sama sekali tidak menyangka itu akan membuat Lily menjadi seperti ini…. aku… Chace menyesal mam…. Chace menyesal…. maafkan Chace….” ujarku sendu. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi…

Tangis mam meledak… dia sama sekali tidak menyangka penyebab kejadian naas ini adalah putranya sendiri… Mam sangat menyanyangi Lily… aku tahu itu.

“Terlambat Chace…. kita tidak tahu apakah Lily bisa selamat atau tidak… kamu akan menyesali ini nak… ya Tuhan… bagaimana kalau Mr dan Mrs. Collins tahu soal ini…. apalagi papamu Chace Crawford!!! Kalau sampai dia mendengar kamu adalah penyebab semua ini… keadaannya akan semakin memburuk.. kamu tahu itu!!”

Hatiku tertohok mendengar mam menyebut dad… jangan sampai dia mendengar semua ini Tuhan… keadaan akan semakin memburuk. Setelah kakak laki-lakiku Alex meninggalkan rumah 7 tahun yang lalu dan sampai sekarang tidak pernah terdengar kabarnya lagi.. kondisi dad sangat memprihatinkan.

“Please mam… jangan beritahu dad… please…” aku memohon dengan sangat.

Mam menghela nafas panjang.

“Mam tidak akan memberitahu siapa-siapa Chace… ini bukan demi kamu.. tetapi demi papa mu dan keluarga Collins… berdoalah Chace semoga keadaan Lily tidak semakin memburuk….karena jika sampai itu terjadi… kamu menempatkan kita semua pada penyesalan terburuk!” ujar mam.

Tiba-tiba terdengar suara tebatuk-batuk dari lantai atas. Tepatnya dari kamar mam dan dad.

“Dad…” gumamku. Dengan cepat akupun berlari ke kamar itu untuk melihat kondisinya. Kubuka pintu kamar itu pelan….

“Dad??”

“Masuklah nak….” terdengar suara dad memanggilku pelan.

Aku pun melangkahkan kakiku ke arah ranjang itu. Syukurlah… dad ternyata tidak kenapa-kenapa… tampaknya dia Cuma batuk-batuk biasa. Kuambil kursi dan kuletakkan di sebelah ranjangnya.

Are you Ok dad??” tanyaku sambil menggenggam tangannya. Dia tersenyum seraya mengangguk.. Oh dad… semenjak kejadian 7 tahun yang lalu itu… dia kini terbaring sangat lemah… stroke itu menyebabkan kondisi papaku menjadi lumpuh… sekarang dia hanya bisa duduk di kursi roda saja. Ah… bayangan Alex berkelebat di pelupuk mataku. Ingin sekali aku menghajarnya…

“Bagaimana.. keadaan Lily..nak?” tanya dad. Aku tahu dad sangat mengkhawatirkan gadis itu. Lily… ah.. mengingat nya kembali dadaku terasa sesak. Dia sangat baik pada keluargaku.. dia sering datang ke rumah dan merawat dad. Dia sering menyuapi dad… mendorong kursi roda dad ke beranda untuk melihat keadaan kelinci dad… bercanda dengan dad…. dia juga sering membantu mam menyiapkan makan malam. Saat itu aku sangat tidak suka melihat sikapnya Lily… aku menganggapnya munafik.. aku menganggap semua perbuatannya itu hanaya semata untuk menarik perhatianku saja sehingga jika saat Lily sedang berada di rumah.. aku lebih memilih menghindarinya dengan pergi bersama kawan-kawanku.. atau pergi berkencan dengan Ashley.

Tetapi sekarang aku sadari semua itu tulus… Lily memang sangat menyayangi keluargaku. Sering kulihat wajah dad dan mam yang berbinar cerah pada gadis itu. Ah.. kenapa aku jadi merindukan saat-saat itu.. sungguh.. aku sudah melewatkan kesempatan yang sangat berharga… jika saja pada saat itu aku tidak menutup diriku padanya… aku pasti bisa melihat sosok malaikat dari dalam dirinya…. tetapi sial… aku terlambat.. sangat terlambat menyadarinya

“Dia… keadaannya masih sama seperti kemarin dad…” ujarku pelan. Wajah dad kembali sedih. Tuhan.. apa yang terjadi pada wajah itu jika dia tahu kalau penyebab semua ini adalah aku?? Dengan cepat aku menepis pemikiran itu.

“Dia gadis yang baik Chace… kenapa kamu tidak bisa menjaganya?? Apa yang terjadi padanya sampai dia berbuat seperti ini??” gumam dad… pandanganya menerawang ke langit-langit kamar. Ah… perasaanku kembali sesak.

“Istirahatlah dad… jangan khawatir.. dia akan baik-baik saja” ujarku sambil beranjak dari kursi. Ku selimuti tubuh dad dan mengecup keningnya seraya mengucapkan selamat malam. Kemudian akupun pergi meninggalkan kamar itu.

******

Author’s POV

Chace terduduk di meja belajarnya. Tangannya menimang-nimang sebuah kotak persegi panjang berwarna silver. Chace teringat.. tadi siang saat dia sedang menjaga Lily… Mrs. Collins memberinya kotak itu.

“Ini… milik Lily, Chace… tante tidak tahu apa isinya… tapi sepertinya ini sangat berharga buat Lily… maukan kamu menjaganya?” tanya Mrs. Collins.

Chace terdiam sejenak saat menerima kotak silver itu dari tangan ibunya Lily.

“Apa isinya tan?” tanya Chace sambil mengamati kotak itu. Dia melihat ada semacam kode kunci yang diperlukan untuk dapat membuka kotak itu….

Mrs. Collins menggeleng pelan. “Sayang sekali tante tidak tahu kode kuncinya… mungkin kamu bisa mencari tahunya nanti.. sehingga kamu bisa tahu apa isinya”

Dan kini kotak itu sekarang berada dalam genggaman Chace. Chace mengeram kecewa. Sudah hampir dua jam dia memutar-mutar angka pada kunci itu… memberi nomor kode yang cocok untuk membuka kotak itu. Sungguh.. Chace sangat penasaran. Apa sih isinya? Pasti sangat berharga.. sehingga harus dilindungi dalam kotak dan diamankan dengan kode yang cukup membingungkan.

Chace sudah menelepon Mrs. Collins menanyakan tanggal lahir gadis itu dan juga angka-angka lain yang mungkin digunakan Lily sebagai nomor kode kotak itu. Tetapi semua nihil. Tetap tidak bisa. Chace mulai frustasi. Ada keinginan menggelitik untuk membuka kotak itu secara paksa. Tetapi kemudian Chace tersadar kalau tidak sepantasnya dia melakukan hal itu. Merusak kotak berharga Lily… bagaimana nanti perasaan gadis itu. Tidak boleh.

Chace menyandarkan punggungnya di kursi. Wajahnya tampak lelah. Hari ini jadwal kampusnya memang padat. Tugas-tugas semakin menumpuk. Walau begitu dia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Lily yang kondisinya masih tetap sama seperti kemarin-kemarin. Entah kenapa jika dia tidak melihat Lily satu hari saja.. sepertinya ada sesuatu yang hilang… perasaanya tidak tenang. Sudah hampir dua bulan sekarang… tidak ada tanda-tanda Lily akan sadar dari komanya. Semua sudah pasrah. Tetapi Chace tidak… Chace selalu yakin Lily akan segera siuman.. kapan pun itu.. Chace akan menunggunya.

Chace kembali mengotak-atik nomor kode kotak silver Lily. Memasukkan angka-angka dengan asal. Walau begitu pikirannya terus menerawang pada Lily. Betapa dia sangat merindukan gadis itu.

Tiba-tiba…

“Clek!..”

Chace tersentak kaget. Kotak.. kotak itu terbuka… Ha??? Mustahil!! Kok bisa??? Chace mencoba mengingat-ingat angka apa tadi yang dia masukkan. Tadi dia tidak begitu fokus.. dia hanya asal-asalan memasukkan tanggal lahirnya sendiri di kotak itu. Itu hanya keisengan saja. Chace sama sekali tidak menyangka ternyata… kode kunci kotak berharganya Lily adalah tanggal lahir Chace sendiri. Perasaan sesak tidak karuan melingkupi Chace.

“Dasar Gadis aneh….” gumam Chace dengan seulas senyum di bibirnya.

Chace membuka kotak itu pelan. Mencoba mengintip isinya. Ternyata isinya adalah diary-diary Lily. Ternyata hobi gadis itu menulis diary? Apakah ini barang berharga gadis itu? Padahal tadi Chace sempat berpikir isinya mungkin perhiasan atau pernak pernik.

Haruskah Chace membaca isi diary-diary ini? kenapa tidak…. Chace harus tahu apa sih yang ada dalam pemikiran gadis aneh itu selama ini. Chace ingin mengenal Lily lebih dalam. Chace mengambil satu buah diary yang sedikit usang. Ini pasti diary lama. Chace membukanya.. membacanya.

5 Juni 2005

Dear Diary….

Kata mam dan dad… aku akan segera bertunangan. Konyol bukan? Aku masih 12 tahun… kenapa aku harus sudah terikat dengan seseorang yang belum aku kenal pada usia sangat muda seperti ini?? Tetapi aku tidak bisa menentang keputusan dad… mereka berkata pertunangan ini sudah direncanakan jauh sebelum kami lahir. Ini adalah perjanjian dari kakek yang harus di penuhi sebelum dia meninggal kepada keluargaku dan keluarga Crawford. Hmm. Katanya sih… dulu kakek dan nenek dari keluarga Crawford saling mencintai.. tetapi sayang mereka tidak bisa bersatu.. jadi sebagai wujud bahwa cinta mereka tetap kekal… mereka ingin menyatukan keluarga mereka melalui kami cucu-cucunya… Ah… kok bisa begitu ya.. seakan-akan aku ini jadi korban cinta tak sampainya kakek. Argggh!!!! Dan konyolnya lagi keluarga ku dan keluarga Crawford setuju untuk mewujudkan keinginan terakhir mereka itu…. aku harus bagaimana Dy???

Lagian… aku tidak pernah bertemu dengan calon tunanganku itu.. siapa sih namanya?? Chace… hiii nama yang aneh… bagaimana rupanya?? Apa dia botak?? Cebol?? Jelek?? Argggh!!! Tidak!!!

Chace tersenyum geli membaca halaman pertama diary itu. Jadi awalnya Lily juga tidak terlalu suka dengan pertunangan kami?? gumam Chace. Yah… walau sebenarnya dia sangat tidak terima awalnya Lily mengira dia itu botak… cebol.. jelek… Hei… tolong ya… aku ini sangat tampan… wajahku bagai dewa adonis penakluk wanita gumam Chace…. (narsis banget seeeeh… tapi emang bener.. hihihi ^0^)

20 Juni 2005 (jantung Chace berdegup kencang.. ini hari ulang tahunnya)

Dear Diary…..

Kyaaaaa Dy!!!!! Oh…. My… God…!!!! Chace Crawford itu ternyata tampan sekaliiiiiiiiiiiiii ^0^…. aku gak tahu harus ngomong bagaimana untuk menggambarkannya.. pokoknya dia itu sangat menawan… hahahaha… aku paling suka mata birunya itu… hmmm.. entahlah Dy… tadi mam dan dad membawaku untuk mengunjungi keluarga Crawford yang sedang merayakan ulang tahunnya Chace yang ke 14.. sekalian mengenalkan aku padanya.

Entah kenapa lo Dy.. jantungku seperti mau copot saat bersalaman dengannya.. Arggh…apakah wajahku terlihat buruk saat itu. Hah… apalagi tadi juga sekalian acara pertunanganku dengannya…. acaranya sih sederhana saja.. kata dad.. ini Cuma sekedar untuk mengikat kami saja… kelak kalau kami sudah dewasa dan siap… kami akan melangsungkan acara pertunangan kami yang sebenarnya.. tentu saja lebih mewah dan meriah…. Ah… masih tidak percaya kalau Chace Crawford yang sangat tampan itu adalah tunanganku….

Tetapi… sebenarnya tadi Chace itu bersikap dingin padaku. Dia tidak banyak bicara.. Hmm… apa dia tidak suka padaku ya?? Ah.. jangan pikir yang macam-macam Lily…

Sudah dulu ya Dy.. aku mau tidur.. aku mau mimpiin kejadian tadi… mimpiin Chace hahaha ^0^

20 Juli 2005

Dear Diary…

Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di SMP yang sama dengan Chace… aku ingin terus bersama dia… tetapi… tetapi.. Chace tetap bersikap dingin padaku… kamu tahu tidak Dy.. dia bilang dia benci dan tidak suka padaku.. malah dia bilang jangan dekat-dekat padanya.. aku harus berpura-pura tidak mengenalnya.. dan tidak boleh memberitahu seisi sekolah kalau kami itu bertunangan. Ah.. sakit sekal Dy.. kenapa dia begitu tidak suka padaku.. apakah aku jelek sekali? Tidak menarik? Padahal mam dan dad selalu mengatakan aku ini cantik dan manis…

Sudahlah.. tidak apa-apa.. asal aku bisa memandangi dia setiap hari saja.. aku sudah sangat senang…

25 Desember 2005

Ini natal pertamaku dengan Chace…. hihihi… keluargaku dan keluarganya mengadakan pesta natal yang cukup meriah… aku sudah kasih Chace kado natal.. mudah-mudahan dia suka ya… Chace juga sudah kasih aku kado.. Kyaaa senangnya.. dia ternyata perhatian juga ya.. makasih jam tangan lucunya Chace.. ini adalah barang berhargaku… aku tidak akan melepasnya…

Chace mencoba mengingat-ingat kejadian itu. Sebenarnya kado natal itu dipersiapkan oleh Mrs. Crawford mamanya Chace. Chace bahkan sama sekali tidak tahu isi kado itu apa.. baru sekarang dia tahu kalau itu adalah jam tangan. Wait a minute.. apakah itu jam tangan mickey mouse konyol dan kekanak-kanakan yang selalu dipakai Lily?? Iya… bahkan sampai kuliah sekarangpun jam tangan itu selalu melekat di pergelangan tangan gadis itu. Ashley dan kawan-kawannya pernah menyindir Lily dan jam tangan itu. Kata mereka itu jam tangan anak-anak.. kuno banget… jelek.. Saat itu aku tidak pernah memikirkan hal itu.. Bukankah dulu aku memang tidak peduli pada Lily?? Ah… gadis itu semakin membuat dadaku sesak. Sial.. aku bahkan lupa isi kado natal Lily.. aku tidak pernah membukanya. Setiap kado natal pemberian Lily selalu kubuang atau kuberikan pada orang lain… Chace terus bergumam dalam hati…

14 Mei 2006

Dear Diary…

Kyaaa… ini adalah foto pertamaku dengan Chace Dy… tadi sore kami sekeluarga pesta barbeque di rumah keluarga Crawford…. Mrs. Crawford memaksa kami foto bersama… dan tadaaaaa!!! Ini hasilnya…

Chace memandangi foto yang ditempel di bawah tulisan itu. Tampak dia dan Lily berdiri berdampingan. Lily sedang tersenyum manis walau sedikit malu-malu… sedangkan dia sendiri.. tidak menatap kamera malah memandangi ke arah lain…

27 Agustus 2006

Dear Diary…. ternyata Chace Lulus juga… sedih sih.. dia sekarang sudah SMA sedangkan aku harus menunggu dua tahun lagi untuk bisa satu sekolah lagi dengan dia…. sudahlah….. yang penting aku harus terus berjuang… biar cepat tamat dari sekolah ini.

 

26 November 2006

Hari ini aku ke rumahnya Chace… tetapi kenapa ya Dy… pas dia ngelihat aku datang.. dia langsung pergi entah kemana…. aku sedih… kapan ya Chace bisa bersikap baik padaku?… untung saja Mr dan Mrs Crawford sangat baik padaku.. aku jadi sedikit terhibur bisa menemani Mr. Crawford memberi makan kelincinya.. dan juga belajar membuat pai apel dengan Mrs. Crawford

 

14 Februari 2007

Aku sayang kamu Chace Crawford…. aku masih berharap suatu saat kamu bisa membalas perasaanku… aku tidak akan menyerah…

 

11 Agustus 2008

Kyaaaa!!!! Akhirnya aku bisa sekolah juga di SMAnya Chace….. yah.. walau sikapnya masih tetap sama.. ketus dan dingin padaku. Tahu nggak Dy.. ternyata dia itu kapten basket lo… aku sering memandangi dia… dia keren banget.. Ingin sekali aku berteriak pada seisi sekolah kalau Chace itu adalah tunanganku… tetapi jika itu kulakukan.. pasti Chace akan semakin membenciku….

 

25 Desember 2008

Di pesta natal keluarga tadi.. Chace datang terlambat…. dia pasti hang out dulu dengan teman-temannya. Tetapi tidak apa-apa lah… yang penting dia datang.. tadi sedikit was-was kalau natal ini akan kulewati tanpa dia…

Tahu nggak Dy.. sepanjang pesta dia bersikap manis padaku.. dia bahkan memelukku di depan orangtuanya. Aku sempat bahagia… tetapi ternyata selepas itu dia berkata bahwa itu semua Cuma pura-puranya saja.. biar orang tuanya senang… dia.. dia masih tetap membenciku.

16 Juli 2009

Aku tidak suka Chace dikerumunin cewek-cewek genit itu…. tidak suka!!! Tampaknya Chace juga senang di perlakukan seperti itu…. Arrrgghhh Chace apakah kamu tahu kalau itu menyakitiku???

27 Juli 2009

Ah.. kapan air mata ini berhenti mengalir… dadaku sakit… kenapa mencintai harus sesakit ini??? Chace kembali memarahiku.. padahal aku tadi hanya ingin mengucapkan selamat atas kelulusannya… tetapi dia malah membentakku dan berkata agar aku menjauhinya……..

27 Agustus 2011

Hari ini adalah hari pertamaku menjadi seorang mahasiswi…. bahagia… tentu saja… apalagi aku satu kampus lagi dengan tunanganku tersayang Chace Crawford…. dia… dia semakin tampan saja… dia makin dewasa… ah… aku semakin mencintainya…

Seperti biasa dia terus bersikap dingin padaku.. dia terus bersikap seakan-akan kami tidak saling kenal. Kapan dia akan berubah? Aku pernah mencoba menghentikan perasaan ini… tetapi tidak bisa… hatiku terasa sakit jika harus melupakan dia……… cintaku padanya terus meluap…

Chace terus membaca lembaran diary itu.. semakin dia membaca… perasaannya semakin sesak…. ah Lily.. segitu besarnya kah cintamu padaku?? Kamu bodoh sekali… bodoh!! Rutuk Chace…. rasa bersalah yang teramat sangat terus memenuhi hatinya.. membuatnya sakit.

30 Februari 2012

DY!!!!!! AKU SEDIH!! KECEWA!! MARAH!!!!!!!!!! @#%@%^

Tega-teganya Chace berbuat seperti itu di depanku… dia.. dia mencium Ashley Greene di depanku!!! Malah sekarang dia menerima gadis itu menjadi pacarnya!!! Kenapa Chace bisa setega itu?? Aku kan tunangannya!! #!$!T%*$!#!!! seharusnya aku yang dicium Chace.. seharusnya aku yang bermesraan dengan Chace… seharusnya aku!!

6 Juli 2012

Apakah aku masih pantas dicintai Dy?? Hatiku terus sakit jika melihat Chace dan gadis itu. Aku tahu aku tidak secantik dia.. tidak sesexi dia.. tidak sepopuler dia… tetapi… jika saja Chace membuka sedikit hatinya padaku.. dia akan tahu.. kalau cintaku padanya melebihi rasa cintaku pada diriku sendiri…

Chace menghela nafas panjang… dua lembaran terakhir diary ini adalah tulisan terakhir Lily sebelum kejadian itu… ya Tuhan.. apakah aku sanggup membacanya? Gumam Chace sedih.

15 Maret 2013

Dy!!!!!

Mereka jahat!!! Ashley dan teman-temannya merobek album berhargaku……. foto-foto Chace yang kukumpulkan dengan susah payah…. mereka rusak… tetapi itu tidak sebanding dengan sakit hati ini Dy…. Chace… Chace sama sekali tidak membelaku.. tidak mengubrisku… dia malah berkata aku ini hanyalah pengagum biasa… dia malah membela Ashley….. aku… aku ingin mati saja…..

16 Maret 2013

Maafkan aku mam… dad….

Maafkan aku Chace…..

Mungkin lebih baik aku tidak ada di dunia ini… maaf jika selama ini aku selalu mengganggu hidupmu… semoga setelah ini kamu akan berbahagia…. I always love you Chace……

“Lily…” gumam Chace lirih… kini airmatanya tak terbendung…. Arrrgggggghhhhhh!!!!!!!!!!! Jerit Chace frustasi. “Tuhan… selamatkan dia… izinkan aku untuk memperbaiki semua ini..” ujarnya.

*******

Chace’s POV

“Chace… lu mau kemana??”

Langkahku sontak terhenti. Liam memanggilku. Padahal sehabis kuliah tadi aku ingin sekali pergi. Kemana lagi jika tidak menjenguk si gadis bodoh… Lily.

“Eh… mm… gua mau pulang bro..” ujarku padanya. Liam mengernyit. Tampak kesal.

Hei!! Are you kidding me?? Pertandingan basket sebentar lagi tahu… kita harus banyak latihan…. sudah hampir dua bulan ini kamu tidak pernah lagi latihan basket… kamu tidak sering nongol di kampus lagi.. gua tanya Ashley.. katanya kalian sudah putus… What’s happened with you??” tanya Liam sedikit emosi.

Ah… apa an sih.. sungguh yang ada dalam pikiranku sekarang ini bukan basket lagi.. kalau saja bukan karena kuliah… aku ingin terus seharian berada di samping Lily… tetapi apa tanggapan Liam nanti jika kukatakan kalau aku ke rumah sakit… menjenguk Lily Collins?? Dia pasti menganggap aku gila. Walau sebenarnya ku akui aku mulai sedikit gila karena keadaan Lily tidak juga menunjukkan perkembangan. Biarlah.. nanti saja aku memberitahu mereka tentang aku dan Lily.

“I’m so sorry… gua betul gak bisa… lebih baik kalian cari penggantiku.. gua tidak bisa ikut ke pertandingan itu” ujarku. Gila.. kok bisa aku menolak ikut pertandingan itu? Selama ini basket adalah passion terbesarku… apakah ini karena cinta? Ya.. rasa cintaku pada Lily yang semakin lama semakin bertambah inilah yang membuat hasrat dan keinginan terbesarku berubah drastis… aku hanya ingin bersama gadis itu… tidak ada yang lain..

“Jangan seenaknya memutuskan Chace!!! Lu itu kapten tim!! Apa jadinya tim ini tanpa dirimu!” bentak Liam marah.

“So sorry… I can’t” hanya itu yang bisa kukatakan.. kemudian aku berlari pergi meninggalkan Liam yang masih emosi dengan sikapku.

Tetapi tiba-tiba saat aku di parkiran mengambil motorku… tampak Ashley sudah menungguku di sana. Cih…. ada apa lagi ini??!! kenapa semua orang seakan-akan menghalangiku hari ini?? menyebalkan!! Aku mencoba acuh tak acuh akan keberadaannya. Kulangkahkan kakiku dengan santai menuju motorku. Semoga gadis ini tidak menggangguku lagi. Aku sudah cukup pusing melihat dia selalu bersikeras tidak menerima aku memutuskannya. Dia malah menganggap alasanku yang mengatakan bahwa aku sudah bertunangan adalah alasan paling konyol sedunia. Aku memang tidak memberitahu kalau Lily lah orangnya walau dia selalu mendesakku untuk memberitahunya akan hal itu. Aku hanya merasa semasih Lily belum sadar dari komanya.. aku harus merahasiakannya dulu… karena selama ini… komentar-komentar seisi kampus akan tragedi bunuh dirinya Lily masih terdengar… bahkan tidak jarang membuat kupingku panas.

“Chace…” ujar Ashley sambil memegangi stang motorku. Mencoba menghalangiku untuk pulang… Argggh!! Shit!

“Kenapa lagi Ashley.. bukankah sudah beribu kali kukatakan untuk jangan menggangguku lagi… kita sudah putus..” ujarku kesal.

“Sampai kapanpun aku tidak terima!!… aku tidak terima Chace Crawford!!” ujar Ashley dengan nada tinggi.

“Whatever!!” ujarku sambil menstarter motorku…. mencoba melepaskan stang motorku dari pegangannya.. dan saat itu berhasil aku pun menggas motorku kencang meninggalkan Ashley yang terus menjerit meneriakkan namaku dengan marah.

*******

“Hai… aku datang lagi…” ujarku pada gadis yang masih tertidur itu. Dengan lembut kukecup keningnya. Itu adalah rutinitasku setiap kali aku datang menjenguknya. Kemudian Kugenggam tangannya erat saat aku duduk di sebelah ranjangnya.

“Bagaimana kabarmu?” tanyaku… walau sebenarnya aku tahu dia tidak akan mungkin menjawab itu. Aku hanya menghela nafas panjang… aku masih berharap peluangnya bertahan hidup masih ada. Ah.. di saat-saat seperti ini aku hanya bisa tepekur dan memandangi wajahnya… kutelusuri wajah manisnya. Hidungnya.. bibir cherynya.. matanya… ah.. ingin sekali aku melihat mata itu membuka…. aku rindu mata cokelatnya.

“Bangunlah Lily… sampai kapan kamu tidur terus seperti ini? Hmm?” ujarku sambil mengelus lembut rambut pirangnya yang halus. Tuhan… aku janji aku akan menyanyanginya… menjaganya… mencintainya sepenuh hati jika dia bisa sadar dari koma ini. Aku akan membahagiakannya…

“Aku mencintaimu Lily..” ujarku lirih sambil mengecup tangannya.

****

Author’s POV

Chace memarkir motornya di garasi. Tiba-tiba dia terkejut melihat Mrs. Crawford yang menjerit histeris dari dalam rumah. Apa yang terjadi? Sontak Chace berlari masuk ke dalam. Dalam pikiran Chace mungkin sesuatu terjadi dengan ayahnya.

“Mam!!! Dad!!!” teriak Chace. Tetapi sesampainya di ruang tengah tampak Mr. Crawford terduduk di kursi rodanya.. ayahnya masih terlihat sehat seperti sedia kala. Wajahnya malah terlihat sumringah. Sedangkan di sebelahnya berdiri Mrs. Crawford dengan telepon di tangannya. Aneh.. mereka terlihat bahagia. Apa yang terjadi?? Kenapa mam sampai menjerit kencang seperti itu.

“Mam.. dad.. apa yang terjadi?” tanyaku bingung.

“Chace!!! Lily… Lily siuman…. dia sadar dari komanya….”

Chace terbengong sesaat. Cubit pipiku!!! Pukul aku!! Apakah ini nyata??? Gumam Chace dalam hati. Karena jika ini Cuma bohong belaka.. dia akan mati.

“A.. apa???!!” tanya Chace.. masih tidak percaya.

“Iya nak.. tadi Mr. Collins menelefon agar kita segera ke rumah sakit. Lily sudah sadar… dia sudah sadar.. ya Tuhan…. ini keajaiban” ujar Mrs. Crawford meyakinkan Chace. Air matanya mengalir deras.

Akhirnya Chace tersadar… sadar sesadar-sadarnya… Lily… Lilynya siuman…. Lilynya sudah bangun dari koma.. dia hidup.. ya Tuhan… ya Tuhan… Chace tidak mampu menyembunyikan kebahagiannya.

“Ayo mam.. dad.. kita harus ke rumah sakit sekarang…” ujar Chace semangat. Dia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan gadis itu. Ah… dia sungguh merindukannya.

Dengan segera mereka bertiga berjalan menuju garasi. Chace membantu ayahnya mendorong kursi rodanya. Chace mengeluarkan mobil… Ah… rasa bahagia begitu meluap dalam diri Chace… apakah ini mimpi?? Akhirnya Lily sadar juga. Setelah Mr dan Mrs. Crawford memasuki mobil. Chace pun menyetirnya dan segera berangkat menuju rumah sakit.

******

Chace terdiam mematung. Entah kenapa setelah sampai di rumah sakit. Rasa takutpun melandanya. Dia tidak berani masuk di kamar Lily. Dia hanya bisa memandangi Lily dari kaca pintu kamar gadis itu. Ayah dan ibunya sudah duluan masuk ke dalam. Menjerit-jerit histeris.. memeluk Lily yang memang sudah tersadar dari komanya. Semua keluarga terlihat bahagia. Air mata mereka tidak terbendung lagi.

Chace memandangi gadis itu dari kaca… masih belum berani masuk. Kenapa dia menjadi pengecut? Ah…. dia masih belum mempercayai matanya. Gadis itu memang sudah bangun dari koma panjangnya. Wajahnya terlihat sumringah melihat orang-orang di sekelilingnya… memeluknya hangat. Air mata juga mengalir deras dari mata gadis itu. Oh… betapa Chace sangat merindukan mata itu..

Ingin rasanya Chace merengkuh gadis itu… memeluknya erat-erat… sudah lama dia berkhayal tentang saat-saat seperti ini…. apa yang akan dilakukannya saat Lily akhirnya terbangun. Tetapi entah kenapa skenario yang sudah disusunnya sejak lama itu.. hilang seketika… diganti dengan rasa takut yang teramat sangat… mengingat betapa jahatnya dia dulu pada Lily….

Tiba-tiba Mrs. Collins memanggilnya.

“Chace? Sedang apa kamu di pintu? Kenapa kamu tidak masuk?” Deg.. jantung Chace serasa mau copot. Dia tidak bisa mengelak. Jujur.. dia sangat ingin bertemu Lily.. tetapi dia tidak tahu harus bagaimana… dia bingung harus bersikap seperti apa di depan gadis itu.

Dengan pelan dia membuka pintu kamar dan masuk… mendekati Lily yang sudah dikerumuni oleh keluarganya.. keluarga Collins.. dokter.. suster..

Hati Chace berdesir melihat Lily ikut menatapnya…. Ah… kenapa aku jadi orang tolol seperti ini sih… rutuk Chace dalam hati.

“Hai.. Lily…” ujar Chace kikuk. Sial… sial… kenapa hanya ini yang bisa kuucapkan padanya!! Bodoh!! Jerit Chace dalam hati.

“Tahu tidak Lily.. Chace itu setiap hari selalu menjaga kamu lo… dia tidak kenal waktu… sampai pagi pun dia terus menjaga kamu.. Ah.. ternyata dia sangat menyayangi kamu ya sayang..” ujar Mrs. Collins pada Lily.

Chace tersenyum…. walau dia yakin senyumnya kali ini pasti sangat aneh. Dia mencoba melihat Lily. Lily pun menatapnya.. tetapi… entah kenapa.. pandangan gadis itu padanya jadi tajam..

“Chace Crawford.. aku tidak mau melihatmu! Pergi dari sini! Aku benci kamu!!” ujar Lily tajam.

Seisi kamar pun terkejut.. kaget akan kata-kata pedas Lily. Terlebih-lebih Chace. Badannya lemas seketika… serasa seribu batu menghujaninya.

“A…. Apa!??” ujar Chace tidak percaya.

*******

To be continued to Please, Love me Again (Chapter III) klik https://ristylahagu.wordpress.com/2014/11/22/please-love-me-again-chapter-3/

****

Sekedar kata singkat dariku.. (*0*)

Maaf yang sebesar-besarnya ya readersku….. atas keterlambatan postingan cerita ini.. hiks hiks… soalnya minggu-minggu terakhir ini.. author sedang sibuk mempersiapkan diri.. belajar keras untuk persiapan tes TKD CPNS.. soalnya giliran ujiannya author itu hari selasa kemarin… jadi cerita ini ditinggalin dulu… dan musti fokus untuk persiapan ujian… Hehehehe… ternyata perjuangan author tidak sia sia juga… puji Tuhan.. author lulus tes TKD nya.. dan sekarang sedang bersiap-siap untuk tes TKB selanjutnya… doain author yaaaaa……..

Hmm… gimana dengan chapter kali ini?? bagus ga?? Maaf kalau banyak mistypingnya soalnya author ngetik cerita ini malam-malam banget dan masih dalam keadaan setengah mengantuk hahahaha…. Kali ini author janji… next chapter bakal di post paling lambat besok pagi.. suer tekewer kewer deh……. hehehehe….

Eh udah dulu ya…. Selamat membaca…. I love you all….. dan sekali lagi…. komentnya heee… alangkah lebih baik kalau di komen langsung di wordpress ini… gampang kok.. Cuma ketik nama kalian doang… isi alamat surelnya (alamat email kalian) dan isi deh komennya… hehehehe.. tetapi kalau di komen di FB juga gak papa kok.. yang penting komen.. biar author tahu kalau ada yang perlu diperbaiki di cerita ini…. ^0^ Oc…

8

Please, Love me Again (Chapter 1)

please, love me again lily

Title : Please, Love Me Again (Chapter I)

Author: Vieveelaristy (Risty Lahagu)

Length: Chaptered

Genre: Fan fiction, Romance, Hurt/Comfort.

Cast: Chace Crawford/Lily Collins

Disclaimer: Castnya adalah aktor dan aktris holywood. Author cuma minjam nama mereka doang sebagai pemeran di dalam cerita ini… but the story is pure from author’s imagination.. so, because this is my own writing… sangat dilarang keras plagiat, nyontek or copy paste!!!!!!!!

Hehehe maaf ya readers kalau ceritanya rada “gaje” gitu… mungkin juga banyak mistypingnya… di maklumi ajalah… after read… di komen yaaa…. kritik dan saran juga sangat berguna.. supaya ceritanya semakin lebih baik lagi.. ^0^

 

Special thanks: My beloved husband Neis Gea (thanks buat semua yang telah kamu berikan sayang…), Sahabatku.. Pembaca setiaku dari “My Dandelion” kak Selvi Tel, Roz Zend, Vakta Indah, Tita, Dirna, Feberius, kak Mercy, Dek Guneng Gbh, dek Wawan, dek See, kak Trianna de losel, kak Mira B, kak Martha Zeb, Willy, dan bang Destimental… tanpa kalian… apalah artinya tulisan-tulisan q selama ini…. kalian adalah penyemangatku!!!!! ^0^

 

Well… Happy reading yaaa

*

*

*

Arrrgh!! Bisa tidak kamu berhenti mengganggu hidupku????!!!

Aku benci kamu…

kamu itu pengganggu!!

Cih…. seandainya kamu tidak ada di dunia ini..

Hidupku pasti tenang…

Mati saja sana!!

*****

Authors’ POV

 

Jeritan histeris terdengar menyusul jatuhnya sebuah tubuh dari gedung tinggi kampus itu. Semua orang berkerumun. Panik…

“Kyaaaaaa!!!!!!!!” teriak para gadis-gadis.

“Siapa itu!!!??? Apa yang terjadi!!!!???”

“Dia bunuh diri!!!!”

“Oh My God!!!!”

“Panggil ambulans cepat!!!!!”

******

Chace’s POV

Aku tersentak mendengar teriakan histeris itu. Permainan basket kami pun terhenti seketika. Segera saja kulempar bola basket di tanganku sembarangan dan berlari menuju arah suara itu. Kawan-kawanku yang lain pun menyusul. Rasa ingin tahu menyerang kami apalagi saat kami tiba dan melihat kerumunan orang di depan gedung serba guna. Kami pun mempercepat langkah kami menuju kerumunan yang semakin padat itu.

“Hei apa yang terjadi???” tanya Josh sahabatku pada seseorang saat kami tiba di sana. Cih… kami tidak bisa menembus kerumunan ini. Padat sekali.

“Ada yang bunuh diri… dia terjun dari gedung serbaguna” ujar orang itu.

“Apa???!!” teriakku tak percaya. Kawan-kawanku yang lain pun menunjukkan ekspresi ngeri.

“Siapa???” tanyaku.

“Itu… si Collins… anak jurusan sastra…” ujarnya lagi.

Seketika saat itu juga aku merasa badanku tertimpa batu yang sangat besar. Shock dan kaget yang teramat sangat menimpaku. Tidak… tidak mungkin!!!!. Dengan cepat aku segera menerobos kerumunan padat itu. Aku harus memastikannya. Mungkin bukan Collins dia…. pasti ada orang lain yang bermarga Collins juga… dan yang jelas pasti bukan dia.

Argghhh!!! Dengan susah payah aku menembus kerumunan ini… setelah sedikit bisa berada di depan… kulayangkan pandanganku ke tanah itu… dan….

Jantungku serasa berhenti berdetak… ku lihat rambut pirang ikal panjang yang berlumuran darah…. wajah itu… tubuh mungil itu tergeletak diam di tanah.. darah dimana-mana. Ya Tuhan… ternyata dia….

“Li…Lily???….” ujarku tersendat.

*****

*Flashback begin*

3 hari sebelumnya……

Kuketuk-ketukan pena ku… bosan… Hari ini sepertinya dosen tidak datang… Arrgh… kalau tadi tahu begini.. mending aku tidur di rumah. Hah… rasa kantuk menyerangku. Semalam aku tidak bisa tidur gara-gara mengerjakan paper sialan ini. Udah capek begadang… cih.. sia-sia saja.. professor botak itu tidak datang.

“Well… tahu nggak.. tadi pagi gua ketemu lagi sama si Grande… Shit!! Dia sexi sekali” ujar Josh dengan senyum mengembang.

“Hahaha..maksudmu si Ariana rambut merah itu?” tanya Liam dengan ekspresi sinis. Josh mengangguk. “She is very hot guys… lumer aku kalau lihat dia… Ah.. kapan ya aku bisa jadian dengannya?” ujar Josh lagi kali ini dengan pandangan menerawang dan mulut ileran (iuuuh). Liam mengetuk kepala Josh dengan bukunya. “Mimpi aja kerja lo!!! Mana mau dia sama cowok bodoh otak mesum kayak lo” ujar Liam sadis. Josh memandanginya kesal. “Liaam!!! I’ll kill you!!” teriak Josh sambil berusaha memukul sahabatnya itu. “Hei.. hei.. hati-hati jangan rusak wajah tampanku!!” teriak Liam juga sambil berusaha menghindar.

Aku menguap memandangi kedua sahabatku itu. Sangat tidak berminat untuk bergabung dengan pembicaraan konyol mereka. Hah.. mending aku pulang saja.. mataku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. I wanna get sleep.

“Guys pulang yuk!!” ujarku sambil menyampirkan tas di bahuku. Liam dan Josh sontak menghentikan aktivitas mereka dan memandangiku bingung. Tetapi belum sempat mereka berkata apa-apa.. terdengar suara teriakan memanggil namaku dari pintu kelas.

“Chace!!! Gawat!!!!” ujar Bob salah satu anggota tim basketku. Dia pun serta merta berlari ke arahku. Kami bingung.

“Ada apa??!” tanyaku.

“Itu… Ashley….” ujarnya.

Sontak hatiku cemas. Ashley… ada apa dengan pacarku itu??

“Kenapa dengan dia??” tanyaku tidak sabaran. Kali ini aku beranjak dari tempat dudukku.

“Dia…. dia bertengkar eh.. berkelahi dengan si Collins di halaman belakang” ujar Bob lagi??

“Ha?? Apa??”

Dengan cepat aku berlari menuju tempat yang disebutkan Bob tadi. Sial!! Ada apa ini?? Ashley dan Collins?? Cih.. entah kenapa mendengar nama Collins… hatiku bergemuruh.. benci.

*****

Author’s POV

Chace menembus kerumunan itu. Saat orang-orang melihat Chace tanpa disuruh pun mereka berusaha menyingkir… menyilakan pemuda itu untuk melihat apa yang sedang terjadi.

“Plak!!!!!!”

Chace terkesiap mendengar itu. Dia melihat Ashley menampar pipi Lily Collins keras. Lily memegangi pipinya dengan mata nanar. Kemudian Ashley dengan sadisnya merobek-robek sebuah buku… ehm.. lebih tepatnya diary di depan gadis itu.

“Jangaaaaaaann!!!!!! Please!! Kumohon!!!!!!!!” teriak Lily berusaha mencegah Ashley merobek diary itu. Tetapi sayangnya Emma dan Ve… sahabatnya Ashley memegangi tangan Lily dengan keras…. mencoba menghalangi niat gadis itu. Air mata Lily tak tertahan lagi saat Ashley berhasil merobeknya.

“Dasar kau perempuan jalang!!!! Tidak tahu malu!!! Kamu pikir kamu itu siapa ha??!!!!” teriak Ashley geram. Lily hanya bisa menangis.

Chace sudah tidak tahan lagi melihat itu. Apa-apaan ini?

“Ashley!!!!” teriaknya. Sontak yang dipanggil pun menoleh ke arahnya. Ashley tampak terkejut. Wajahnya memerah. Emma dan Ve pun serta merta melepas tangannya Lily.

Chace mendekati Ashley.

“Apa yang kamu lakukan??!!” tanya Chace kasar. Dia pun menarik tangan Ashley berusaha menjauh dari tempat itu. Tetapi gadis itu menyentak tangan Chace.

“Aku tidak suka gadis itu Chace!!! Kamu tidak tahu kalau dia selama ini menguntit kamu!!! Dia itu neror kamu!!! Masak isi diary nya ini semua penuh dengan foto-foto kamu??!!! Aku saja yang pacar kamu tidak punya foto-foto itu…..” teriak Ashley meluap-luap.

Chace sedikit tertegun.

“Sudahlah tidak usah dipikirkan… dia kan Cuma pengagum biasa..” ujar Chace pelan. Harus diakui.. Chace adalah pria yang sangat tampan…keren..pintar..pokoknya dengan sejuta pesona yang dimilikinya membuat dia menjadi idola para gadis-gadis di kampus itu. Jadi tidak heran kalau banyak yang mengaguminya.

“Apanya yang pengagum biasa..!!! sudah jelas-jelas dia itu maniak!!! Apa kamu tidak tahu kalau dia punya foto kamu yang lagi tertidur di halaman belakang rumahmu?? Apa maksudnya itu?? Darimana dia dapat itu kalau dia bukan seorang penguntit.. dia pasti sangat terobsesi dengan mu aku benci itu!!!! Aku tidak suka!!! Apa dia tidak tahu kalau kamu sudah punya pacar??!!! Dasar Jalang!!” teriak Ashley sambil memandangi Lily dengan keinginan untuk menjambak rambut gadis itu lagi.

Chace terdiam sejenak. Jujur dia memang tidak suka gadis bernama Lily itu. Tetapi Ashley harus ditenangkan.. dia tidak ingin pacarnya itu dapat masalah.

“Sudahlah sayang… kita pergi… jangan dipikirkan lagi” ujar Chace lembut sambil merangkul pinggang gadis cantik itu. Ashley tampaknya masih tidak rela. Tetapi kata-kata lembut Chace meluluhkan hatinya. Sebelum pergi Ashley sempat melemparkan kata-kata pedas pada Lily.

“Hei kamu Bitch!!! Jangan pernah kuntit Chace lagi!! Kalau tidak aku akan membunuhmu!! Kau mengerti??!!!” teriak Ashley. Chace pun dengan cepat menarik Ashley. Emma dan Ve pun mengikuti mereka.

Selain itu… gadis yang bernama Lily itu hanya bisa menangis… hatinya perih memandangi diarynya…. terlebih lagi saat melihat Chace yang seakan tidak peduli dengannya. Dengan gemetar dia mengumpulkan sobekan-sobekan diary itu.

******

Keesokan harinya…..

Lily sangat bahagia…. senyum terus mengembang di bibir tipisnya. Tadi pagi Chace mengirim sms padanya.

From: _My beloved Chace_

Temui aku di gedung serbaguna nanti jam 12. Usahakan jangan seorangpun melihatmu apalagi mengikutimu!!!

Bayangkan saja… Chace tidak pernah mengacuhkannya apalagi ingin bertemu dengannya. Jadi bisa di bilang kalau kejadian ini adalah sebuah keajaiban dari Tuhan…. mungkin Tuhan sudah menjawab doanya… mungkin laki-laki yang sangat dicintainya itu akhirnya luluh dan menerimanya.

Sekarang sudah hampir jam 12 dengan hati-hati dia berjalan menuju gedung serbaguna yang selalu tampak sepi. Memang jarang sekali ada kegiatan di situ… setelah memastikan tidak ada seorangpun yang mengikuti dia… dia pun memasuki gedung itu.

Mata cokelat Lily mencari-cari sosok Chace. Tapi tampaknya cowok itu masih belum datang. Diapun duduk menunggu di tangga. Lily menarik nafas panjang. Sebenarnya dari tadi jantungnya terus berdegup kencang. Rasanya tidak sabar. Tetapi sebenarnya di sisi lain dia juga sedikit takut…. kenapa Chace memanggilnya? Jujur saja selama ini Chace tidak pernah mengacuhkannya… malah bersikap sangat dingin padanya… Ah.. jadi semakin penasaran saja.

Lily terkejut karena tiba-tiba saja sosok cowok itu muncul di depannya. Ya Tuhan dia tampan sekali… dengan rambut pirang dan mata birunya itu…. semburat merah merona terpancar di pipi Lily.

“Cha..Chace…” ujar Lily gugup.

Chace’s POV

Gadis itu tersenyum malu padaku. Cih… aku benci sekali. Gara-gara gadis inilah.. hidupku jadi berantakan selama ini…. Entah apa yang ada di pikiran gadis aneh ini. Sudah berapa kali aku bersikap dingin dan bahkan terang-terangan menunjukkan ketidaksukaanku padanya…. gadis bernama Lily ini tetap saja tidak menyerah untuk mencintaiku. Menyebalkan!

“Cha..Chace….” ujarnya sedikit gugup sambil terus tersenyum manis. Aku tidak membalas senyumannya.

“Kamu ini kenapa sih?? Sudah jelas-jelas aku bilang jangan menguntitku seperti itu!!! Aku bisa gila tau!!!” teriakku marah padanya. Lily tersentak kaget. Senyum itu perlahan memudar dari wajahnya. Kini kulihat airmata menggenang di mata coklatnya.

Aku sedikit terkesiap. Jujur saja aku tidak bermaksud membuatnya menangis. Tetapi amarahku sudah sampai ke ubun-ubun… aku tidak bisa menahannya lagi.

“Apa kamu tidak malu diperlakukan seperti kemarin???!!! Sampai kapan sih kamu terus seperti ini?? Aku itu tidak suka sama kamu! Lebih baik kamu cari cowok lain deh…. kamu tidak usah mengharapkan apa-apa dariku!” ujarku lagi padanya. Kali ini tangis Lily meledak. Arrrgh… menyebalkan.

“Ta…tapi Chace…. aku.. aku ini kan… tunanganmu…” ujar Lily di sela-sela isak tangisnya.

Arggggh!!!! Stop!!! Aku benci sekali kata-kata itu. Tunangan.. tunangan apaan… Ini kan semua akibat perjodohan konyol dari kedua keluarga kami. Gara-gara perjodohan inilah aku sangat membenci Lily… gara-gara gadis itu hidupku seakan direngut kebebasannya. Malangnya lagi…. dia mencintaiku. Apa jadinya hidupnya kalau jadi menikah denganku? Hahahaha apakah dia tidak tahu kalau itu malah akan membuatnya semakin sengsara…. Jangan harap kamu akan bahagia nona Collins..

“Hentikan itu!! Aku tidak suka…. iya kita memang sudah tunangan… tetapi kamu pikir aku suka dengan semua itu??? No way Ms. Collins!! Sudah berkali-kali kukatakan kalau aku melakukannya dengan sangat sangat terpaksa!!! Kalau saja bukan demi papaku… sudah lama aku menolak perjodohan kita…” Ujarku ketus.

Lily tidak menjawab dia terus menangis.

“Arggh!!! Hentikan tangis mu itu… kamu pikir dengan menangis aku bisa luluh padamu…. dan ingat!!! Jangan sampai seisi kampus ini tahu kalau kamu itu tunanganku!!! Cih.. hampir saja ketahuan dengan tindakan bodohmu kemarin itu… Ingat ya Collins!!! Aku itu sudah punya pacar!! And I’m really happy with her…” ujarku lagi sambil membalikkan badanku hendak meninggalkan tempat itu.

Tetapi tiba-tiba darahku berdesir. Lily memelukku dari belakang. Deg..deg..deg… sial!! Kenapa jantungku berdegup kencang sekali!! Dasar gadis ini!!

“Chace……. aku… aku mencintaimu..” ujarnya lirih dipunggungku. Ah.. gadis ini kok tidak mengerti-mengerti juga…. Apa lagi yang harus kukatakan agar dia paham???

“Lepaskan aku… Lepaskan aku Lily!!!!!!!” ujarku sambil melepas pelukannya dengan kasar. Aku menatap matanya tajam.

“Kapan sih kamu bisa mengerti gadis bodoh!!!! I… Don’t…. Love… You!!!!” dengan tegas ku tekankan kata-kata itu padanya. Aku pun melangkah kan kakiku lagi. Tetapi sekali lagi gadis itu memanggilku

“Chace……”

Aku geram… marah…

“Arrrgh!! Bisa tidak kamu berhenti mengganggu hidupku????!!! Aku benci kamu… kamu itu pengganggu!! Cih…. seandainya kamu tidak ada di dunia ini.. Hidupku pasti tenang…Mati saja sana!!” teriakku padanya. Kemudian dengan keras kubanting pintu gedung itu.

*Flashback End*

*****

Poofff… bayangan 7 tahun yang lalu berkelebat

Kupandangi gadis 12 tahun itu dengan tatapan menyelidik. Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke empat belas dan hari ini jugalah hari di saat pertama kalinya gadis ini datang dalam hidupku.

“Hai…. mmm… namaku… mmm.. Lily Collins” ujarnya gugup sambil mengulurkan tangan padaku. Rona merah menghiasi pipinya. Sebenarnya dia gadis yang manis. Tetapi tetap saja aku tidak suka… argh… apa sih yang ada dipikiran keluargaku?? Masak aku harus bertunangan dengan gadis ini dan ingat ya… dengan usia yang masih sangat muda! Konyol sekali.

“Chace” ujarku singat… dan acuh tak acuh. Mam mendelikkan matanya padaku karena tangan gadis yang masih terulur itu tidak juga kusambut. Kuputar bola mataku sebal. Kujabat tangannya cepat. Duh… kenapa gadis ini malah tersipu-sipu? Bodoh! Aku jadi semakin membencinya..

“Well.. Chace.. cantikkan tunanganmu ini…” ujar mam dan dad padaku. Oh No!!!

Pooof… bayangan lain muncul..

Saat itu adalah hari pertamanya bersekolah di sekolahku. Cih… entah kenapa dia sekolah juga di sini??? Arggh!! Kenapa nasibku menyedihkan sekali??? Gadis ini seperti hantu saja… mengikutiku kemana-mana.

“Woy cewek bodoh!! Ingat ya…. jangan sampai seisi sekolah… dan teman-temanku tahu tentang hubungan kita.. kau mengerti???!!.. pokoknya jangan dekat-dekat padaku!! Jangan pernah bersikap seolah kamu mengenalku!!” bentakku padanya. Mata cokelat gadis itu hanya menatapku nanar seraya menganggukkan kepalanya pelan.

Pooooof…. bayangan lain muncul… tepatnya saat orientasi mahasiswa baru di kampus ku. Lagi lagi gadis bernama Lily Collins itu kuliah di kampusku. Aku yang saat itu menjadi senior pembimbing orientasi.. jelas dibuat gila karenanya. Cih… sampai kapan gadis ini berhenti muncul di hadapanku?

Kucium bibir Ashley.. kulumat dengan sedikit keras.. Agak kaget tadi saat beberapa menit yang lalu gadis cantik ini menyatakan perasaannya padaku. Harus kuakui..Ashley Greene adalah gadis yang sangat menawan… seksi dan juga sangat populer di kampus… Jadi tidak ada salahnya jika kuterima saja dia menjadi pacarku. Sebenarnya… kalau boleh jujur aku melakukan itu karena melihat si Lily Collins cewek menyebalkan itu. Dia pasti sedang menguntitku lagi.. lagi dan lagi. Hingga akhirnya.. tanpa berpikir panjang terlintas di pikiranku untuk menyakiti dia… setidaknya dengan cara ini dia bisa mengerti kalau aku tidak suka padanya.

Senyum puas tersungging di bibirku saat kulihat wajah shock Lily ketika dengan suara lantang dan sedikit keras aku menerima pernyataan cintanya Ashley. Dan entah kenapa mungkin saking senangnya melihat ekspresi Lily itu aku menjadi bertambah nekat. Segera kupeluk tubuh Ashley dan kulumat bibirnya dengan perasaan menggebu-gebu. Alhasil wajah Lily semakin memprihatinkan saja. Dia tampak susah payah menahan air matanya. Haha… apakah kamu sudah mengerti sekarang nona Collins?? Gumamku sambil terus berciuman dengan Ashley. Akhirnya Lily pun pergi.

Poooof… bayangan ini hilang diganti dengan saat terakhir aku bertemu dengannya di gedung serbaguna.. dengan sangat fatal kuucapkan kata-kata itu. “Cih…. seandainya kamu tidak ada di dunia ini.. Hidupku pasti tenang…Mati saja sana!!”. Tiba-tiba kulihat senyum di bibir Lily… kini bayangan itu berganti dengan bayangan sosok Lily yang sedang berada di puncak gedung serbaguna.. matanya terlihat kosong…. dan akhirnya.. tubuh mungilnya terjatuh….

Poooooooofff!!!!

“Lily!!!!!!!!!!” teriakku. Keringat dingin membanjiri tubuhku.

Samar-samar.. akhirnya kusadari kini aku berada di kamarku… di atas tempat tidurku. Tepatnya.. aku bermimpi… Ah… mimpi yang sangat buruk. Sudah berapa kali aku bermimpi seperti ini. Ya Tuhan.. apakah ini caramu menghukumku??

Kupandangi jam wekerku.. masih pukul 4 pagi. Ah.. aku harus ke rumah sakit. Dengan cepat aku beranjak dari tempat tidurku. Setelah selesai mencuci wajah dan mengganti pakaian.. aku pun pergi.

“Chace?” langkahku terhenti. Suara mam yang lembut memanggilku. Ternyata dia sudah bangun.

“Kamu mau kemana?” tanya mam lagi.

“Ke rumah sakit ma…” ujarku padanya. Wajah mam terlihat sendu.

“Apa tidak lebih baik kamu istirahat dulu sayang… sudah hampir seharian kamu terus menjaganya… kamu butuh istirahat juga.” Ujar mam sambil mengelus kepalaku. Aku menggeleng.

“Tadi Chace sudah sempat istirahat kok mam.. well.. Chace pergi dulu” ujarku sambil mengecup kening mam dan segera pergi. Kukeluarkan motorku dari bagasi.. kupanasi sebentar dan akhirnya melaju kencang.

*****

Sesampainya di rumah sakit.

Kubuka pintu kamar itu. Kulihat Mrs. Collins masih tertidur. Kepalanya rebah di sebelah Lily. Tampaknya Mr. Collins sudah pulang ke rumah. Kupandangi Lily yang masih terpejam. Ah gadis itu masih belum bangun juga. Sudah lebih 3 minggu dia koma. Dokter mengatakan dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang dibutuhkan sekarang ini adalah berdoa dan menunggu keajaiban Tuhan. Aku menghela nafas berat.

Kusentuh pundak Mrs. Collins. Dia terbangung. Kulihat matanya sembab. Yah… Mrs. Collins memang tidak putus-putusnya menangisi Lily yang terbaring tak sadarkan diri. Sungguh aku kasihan padanya. Lily adalah anak gadis mereka satu-satunya.

“Chace?” ujar Mrs. Collins sedikit terkejut saat tersadar dari tidurnya.

“Tante…Biar saya yang menjaga Lily sebaiknya anda istirahat di rumah” ujarku padanya.

“Bukannya kamu yang seharusnya istirahat Chace? Dari kemarin pagi kamu terus berada di sini… tante tidak enak sama kamu..” ujar Mrs. Collins lagi. Dengan cepat aku menggeleng.

“Saya sudah sempat istirahat kok tan.. sekarang saya sudah tidak lelah lagi…” ujarku mencoba meyakinkannya. Mrs. Collins sempat ragu. Akhirnya setelah kupaksa juga… diapun mengalah.

“Sayang… mam pulang dulu ya…nanti mam datang lagi…. ini tunanganmu yang akan jaga kamu sekarang….” ujar Mrs. Collins sambil mengecup kening Lily. Sejenak dia memandangi gadis itu dengan tatapan nanar.. berharap matanya terbuka. Tetapi akhirnya dia menghela nafas…

“Well Chace.. tante titip Lily ya…” ujar Mrs. Collins sambil menepuk pundakku. Aku mengangguk.

Sepeninggal Mrs. Collins…..

Kupandangi wajah Lily dalam-dalam. Sampai kapan mata itu terus terpejam…. ya Tuhan.. sungguh… sejak kejadian itu… hatiku terus dipenuhi penyesalan yang sangat mendalam. Ini semua gara-gara perkataanku. Masih terngiang-ngiang kalimat menyakitkan yang kulontarkan terakhir kali padanya. “Cih…. seandainya kamu tidak ada di dunia ini.. Hidupku pasti tenang…Mati saja sana!!”

Kucoba menepis itu… Dasar gadis bodoh!.. aku sama sekali tidak menyangka dia akan berbuat nekat seperti ini. aku.. aku sama sekali tidak bermaksud mengucapkan kata-kata itu. Jujur itu semua hanya luapan emosiku saja. Arggh!!! Lily Collins!! Bukalah matamu!! Sampai kapan kamu seperti ini terus?? Ini menyesakkanku… ini menghantuiku!!.

“Bodoh!!!” gumamku… perasaan sesak melingkupiku. Kuraih tangannya… kugenggam dengan erat. Rasa hangat menjalariku. Setidaknya ini membuat perasaanku sedikit nyaman… aku tahu hangat ini berasal dari darah yang masih mengalir normal di nadinya… dia masih punya kesempatan hidup.

“Lily… bangunlah… apa kamu tidak sadar.. banyak orang yang menyayangimu… orangtuamu… keluargamu… keluargaku…” dengan sedikit tertahan aku melanjutkan “aku…” ujarku lirih.

Iya… semenjak kejadian ini… selain rasa penyesalan yang teramat mendalam… aku mulai merasa ada perasaan lain yang juga merasukiku. Ada getaran-getaran aneh… aku.. aku mulai menyukainya… menyayanginya…saat aku melihat dia tidak berdaya.. darah di mana-mana… dan saat dia koma sekarang ini… aku merasa sesak… sakit… ingin rasanya aku berganti posisi dengannya… aku tidak tega melihat dia seperti ini.

Sial!! Kenapa air mataku mengalir!! Jujur aku bukan laki-laki cengeng… sangat pantang bagiku mengeluarkan air mata… dan kini… pertahanan yang kubangun itu hancur seketika… aku menangis… kutundukkan kepalaku seraya memegangi erat tangannya.

“Maafkan aku Lily… maaf….” ujarku seraya terisak. Kuciumi tangannya yang semakin basah karena airmataku itu berulang-ulang.

******

Author’s POV

Chace terbangun merasakan sentuhan lembut di kepalanya. Dadanya berdegup kencang seketika… segera dipandanginya wajah Lily.. tetapi wajah itu tetap tertidur lelap. Sedikit berharap jika yang mengelus kepalanya tadi adalah gadis itu.. tetapi ternyata bukan…

“Chace…” Dia pun menoleh melihat orang yang memanggil namanya itu. “Mam??” ujarnya lirih.

Mrs. Crawford tersenyum. Sebenarnya dia sedikit tidak tega membangunkan putranya yang sedang tertidur lelap tadi apalagi dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan Lily.

“Chace… makanlah.. mam bawakan kamu sarapan..” ujar Mrs. Crawford lembut sambil membukakan kotak makanan yang dibawanya. Chace menguap sejenak. Dia tidak bisa menolak.. jujur dia sangat lapar… tanpa berkata apa-apa diapun melahap sandwich yang dibuatkan oleh ibunya itu.

Pintu kamar terbuka. Tampak Mrs dan Mr. Collins memasuki kamar itu. Chace sedikit tersedak dibuatnya.

“Tidak apa-apa Chace sayang… makanlah.. kamu butuh itu untuk menambah tenagamu” ujar Mrs. Collins dengan tatapan mengerti. Chace hanya bisa tersenyum dengan mulut penuh. Tanpa diminta.. dia pun beranjak dari kursi disebelah ranjang Lily.. seakan menyilakan kedua orangtua gadis itu untuk mendekati ranjang Lily. Mr. Dan Mrs. Collins pun paham.. mereka pun mendekati Lily..Chace pun duduk di sofa di sudut kamar.

“Kondisinya masih tetap sama.. tetap tidak ada perubahan” ujar Mr. Collins terpukul.

“Lily…. huhuhu.. sampai kapan kamu terus tertidur nak?? Bukalah matamu…” ujar Mrs. Collins sambil terisak. Mrs. Crawford ibunya Chace pun sontak memeluk Mrs. Collins berusaha menenangkannya.

“Sabarlah Cassie…. kita harus terus berdoa… Tuhan pasti akan menolong Lily…” ujar Mrs. Crawford.. meski begitu air mata terus mengalir dari sudut matanya.

*****

Chace keluar dari kamar itu. Dari tadi ponselnya terus berdering. Agak kaget melihat nama yang terpampang dilayar ponselnya itu.

 

_Ashley_ calling

Sebenarnya dia agak malas mengangkat panggilan itu. Tetapi sudah banyak panggilan dari gadis itu yang diabaikannya. Tentu saat ini dia tidak enak untuk mengelak.

“Halo?” ujar Chace.

“Halo… honey… kamu dimana?? Kenapa teleponku baru diangkat??!! Kamu ngapain saja ha???” cerocos Ashley tidak sabaran.

Chace bingung mau jawab apa.

“Ehm.. itu… kemarin ponselku di silent jadi aku tidak dengar panggilan dari kamu..” ujar Chace berbohong.

“Oh ya??? Jadi kenapa kamu tidak menelfonku balik???” desak Ashley lagi. Cih.. gadis ini.

“Pulsaku habis Ashley..” Dusta Chace lagi.

“Kamu berbohong Chace… tapi sudahlah.. itu sudah tidak penting lagi… kenapa kamu tidak ada di kampus sejak kemarin?? Sekarang juga.. tampaknya kamu tidak ada…” ujarnya lagi.

“Kemarin itu aku tidak ada les…” ujar Chace lagi.. kali ini bukan dusta. Memang benar kemarin itu dia tidak ada jam ngampus.

“Tetapi hari ini kan ada…. aku lihat Josh dan Liam tadi…” Arrrggggh!!! Gadis ini mulai menyebalkan.. terus saja menuntutku gumam Chace dalam hati

“Iya.. tetapi nanti jam ku baru ada nanti sore… Josh dan Liam pasti sedang latihan basket sekarang…” ujar Chace lagi. Dia tampaknya seperti berusa keras menahan perasaaan untuk memutuskan panggilan Ashley.

“Kok..kamu tidak ikut?”. Chace menghela nafas kesal. “Aku malas!” ujarnya sedikit keras. Ada jeda sejenak. Tampaknya Ashley sedikit shock mendengar Chace membentaknya.

“Chace… aku kangen kamu… datang dan temui aku.. kita jalan-jalan ya… aku pengen berduaan sama kamu sayang…” rayu Ashley. Chace mengacak-acak rambutnya terlihat kesal. Dia mencoba untuk menenangkan perasaanya.

“Maaf Ashley aku sedang malas.. aku pengen tidur.. aku capek… semalam aku begadang dengan tugas-tugas kuliah… jadi yang sangat ingin kulakukan sekarang ini adalah tidur….” ujar Chace padanya.. dengan harapan semoga gadis itu mengerti.

“Tapi… Chace…” ujar Ashley sepertinya tidak rela.

“Tolong mengertilah!” bentak Chace lagi. Ashley terdiam sejenak.

“Baiklah.. semoga istirahatmu menyenangkan… tetapi ingat… nanti sore kamu harus menemuiku… tidak boleh ada alasan lagi” ujarnya dan belum sempat aku menjawab apa-apa.. terdengar bunyi tut-tut panjang tanda panggilan terputus.

Argggh!!! Sial!! Dumel Chace dalam hati.

******

Sore itu di sebuah cafe.

Pikiran Chace terus melayang. Ashley yang sedari tadi terus mengoceh tiada henti di sebelahnya pun tidak digubrisnya. Dia terus memikirkan Lily… entah kenapa ada perasaan tidak tega yang menghampiri saat dia dengan terpaksa harus meninggalkan gadis itu karena jadwal kuliahnya sore ini. Bahkan saat kuliah sedang berlangsung tadi pun… Chace terus termenung.. tidak fokus… lebih tepatnya melamun. Sebenarnya saat les kuliahnya selesai… Chace ingin sekali melajukan motornya menuju rumah sakit. Tetapi ternyata Ashley sudah menunggunya di depan pintu kelas. Sehingga niatnya itu pupus diganti dengan sekarang… dia harus menemani Ashley di kafe.

Chace terus melirik arlojinya… Arggh!!! Sampai kapan dia harus terjebak di sini?

“Chace honey… are you ok?” tanya Ashley sambil memegang pipi Chace. Chace sedikit terkejut dari lamunannya kemudian dia mengangguk singkat sambil menyesap capucinonya.

“Kok dari tadi kamu diam saja??” tanya Ashley sedikit bete. Memang Chace sifatnya sedikit cool.. tetapi tidak biasanya dia bersikap super dingin dan pendiam seperti ini. Selain itu akhir-akhir ini Chace sering menghindari Ashley… jarang berkencan dengannya. Ada rasa frustasi yang mendera.. sepertinya Chace sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

“mmm… memangnya aku harus ngomong apa?” ujar Chace acuh tak acuh. Ashley merengut kesal. “Chace!! Kamu ini kenapa sih?? Apa yang sedang ada dalam pikiranmu!!? Akhir-akhir ini sepertinya kamu sedang menghindar dariku.. apa salahku???” kali ini Ashley berteriak marah.

Chace hanya terdiam… Arrggh!! Ini sangat memusingkan. Sebenarnya jika ingin jujur… Chace sama sekali tidak punya perasaan cinta pada Ashley. Yap… mungkin dia menyukai gadis itu… well.. dia cantik.. sexi… anggun.. incaran cowok-cowok kampus… tetapi hanya sebatas itu saja.. dia sama sekali tidak merasakan getaran aneh saat bersama Ashley. Memang sedikit jahat kedengarannya. Chace bersikap romantis pada Ashley hanya pada saat dia melihat Lily sedang mengamati dirinya.. atau sedang menguntitnya lagi. Saat dia merasa puas melihat ekspresi sedih Lily dan pergi menjauh… Chace pun kembali menarik diri dari Ashley. Tetapi sekarang… Lily tidak ada… tidak sedang menguntitnya.. mengamatinya.. memandanginya dari jauh dengan mata sendu.. sehingga rasanya.. kebersamaan bersama Ashley pun tidak ada artinya lagi.

Chace merasa sangat bersalah kali ini…. dia sadar ternyata selama ini dia hanya memanfaatkan Ashley untuk menyakiti Lily…Chace merasa sangat jahat… Kini dia berusaha menatap mata Ashley yang nanar sedang menatapi dirinya.

“Apa salahku Chace? Kenapa sikapmu padaku akhir-akhir ini begitu dingin?” tanya Ashley. Kali ini dia memeluk leher pria itu. Apa yang harus kulakukan? Gumam Chace. Ashley tidak salah… dialah yang salah… Kemudian lambat laun wajah Ashley semakin mendekat. Chace sedikit terkesiap… dia tahu apa yang akan dilakukan gadis itu. Ingin rasanya dia menolak tetapi bibir gadis itu sudah terlanjur menempel hangat di bibirnya.

“A..Ashley….” ujar Chace pelan saat bibir mereka sempat terlepas… dia ingin menghentikan gadis itu. Tetapi Ashley tidak peduli. Kembali dia melumat bibir Chace… kali ini dengan ciuman panas… dan penuh gairah. Tangannya yang sebelah memeluk leher Chace sedangkan yang lainnya meraba dada Chace. Chace tak kuasa. Harus diakui. Ciuman gadis ini sedikit mampu menyedotnya dari dunia nyata. Sehingga tanpa sadar kedua tangannya sudah melingkar di pinggang Ashley dan memeluknya dengan erat.

Kemudian tanpa disangka dan tanpa di duga-duga…. seseorang berteriak memanggil namanya dengan keras. “Chace Crawford!!!!!”

Chace dan Ashley terkesiap. Aktivitas mereka pun terhenti. Dan alangkah terkejutnya Chace saat melihat orang yang memanggil namanya. Rasanya dia ingin tanah ini segera terbelah dan menelan dirinya daripada dia harus melihat ekspresi marah wanita yang kini ada di depannya.

“Ma… Mam???” ujar Chace pucat.

Ashley pun ikut terkesiap. Jujur selama ini. Ashley sama sekali tidak pernah diperkenalkan oleh Chace kepada kedua orangtuanya. Bahkan Ashley pun sama sekali tidak tahu rumah Chace dimana. Mereka hanya berkencan di kampus… di bioskop.. restoran… dan kamar Ashley (Jangan mikir macam-macam ya… di sini Chace tidak pernah ngapa-ngapain si Ashley selain Cuma ciuman doang. Dan kencan di kamar ini pun Cuma sekali saja! ^0^ *author ikut nimbrung*) Jadi alangkah senangnya Ashley karena akhirnya bisa juga bertemu dengan calon mertuanya (mimpi keleees)

Mrs. Crawford sungguh tidak bisa membayangkan… menerima.. apa yang sekarang tersaji di depannya. Anak laki-lakinya sedang berciuman liar dengan… shit!! Siapa gadis ini??? gumam Mrs. Crawford benci. Dia sama sekali tidak habis pikir dengan perbuatannya Chace…. di saat-saat seperti ini?? di saat-saat tunangannya sedang koma dan berjuang entah dia akan hidup atau mati… Chace asyik-asyiknya bermesraan dengan gadis lain. Padahal selama ini Mrs. Crawford sungguh yakin anak laki-lakinya itu sangat mencintai Lily… apa ini hanya di depannya saja?? Kurang ajar!!.

Chace serta merta berdiri dari kursinya. Ashley pun begitu.

“Ma… Mam.. err.. eh… kok di sini?” tanya Chace mendekati Mrs. Crawford dengan berusaha tersenyum dan seolah sedang tidak terjadi apa-apa. Chace sungguh tidak tahu harus berbuat apa lagi… Mrs. Crawford terus menatapnya dengan tatapan mengerikan.

“Siapa dia?!” ujar Mrs. Crawford dingin. Sambil beralih memandangi Ashley. Lidah Chace kelu. Tidak tahu harus berkata apa. Tidak mungkin kan dia berkata kalau Ashley itu adalah kekasihnya….

Tetapi sialnya Ashley dengan senyum mengembang dan berusaha terkesan manis dan imut.. mengulurkan tangannya pada Mrs. Crawford.

“Senang berkenalan dengan anda Mrs. Crawford…. saya Ashley Greene…. pacarnya Chace” ujarnya sambil tersenyum merona.

Sial!!!!! Rutuk Chace dalam hati. Dia yakin kali ini kalau kali ini mamanya akan membunuh dia. Mati aku mati aku!!! Gumamnya terus.

Mrs. Crawford sama sekali tidak menyambut tangan Ashley yang sedang terulur. Bahkan sekedar membalas senyuman gadis itu pun tidak. Dia malah menatap tajam mata Ashley. Ashley tercekat. Tangannya pun perlahan-laha turun. Aura kebencian mamanya Chace begitu terasa. Kali ini Mrs. Crawford beralih memandangi Chace yang mematung.. pucat.

“Chace… mam sungguh kecewa padamu!!” ujar Mrs. Crawford dingin. Dan seketika itu juga wanita itu membalikkan badannya dan meninggalkan tempat itu. Sudut mata Mrs. Crawford menitikkan cairan bening. Dia menangis kecewa. Hatinya sakit merasa ditipu oleh anak laki-lakinya sendiri. Di depan mereka… di depan keluarga.. di depannya dan suaminya… Chace terlihat begitu sangat menyayangi Lily… setiap kali keluarga Collins berkumpul di rumah mereka atau saat keluarga mereka yang berkumpul di rumah keluarga Collins… Kedua anak mereka itu.. bagaikan pasangan yang tidak terpisahkan… Chace selalu bersikap romantis pada Lily… Apakah.. apakah itu Cuma pura-pura saja??

Mrs. Crawford sangat yakin.. Lily pasti sangat mencintai Chace… perasaan cinta Lily begitu besar sehingga terpancar jelas dari wajah Lily saat bertemu dengan Chace. Sebenarnya dia agak ragu saat melihat Chace. Karena awalnya Chace menolak mentah-mentah perjodohan ini.. jika bukan karena paksaan suaminya Mr. Crawford, Chace tidak akan sudi ditunangkan….Tetapi lambat laun mereka merasa sikap Chace seperti sudah berubah… dan mulai menerima kehadiran Lily… Tetapi ternyata… Chace menipu mereka semua… di belakang mereka anaknya itu ternyata berbeda dari apa yang selama ini mereka pikirkan.

Kemudian tiba-tiba kesadaran menimpa diri Mrs. Crawford. Pikirannya seolah terbuka. Jangan-jangan… Lily… Lily seperti ini gara-gara anaknya Chace?? Jangan-jangan selama ini Lily depresi karena sikap Chace? Mungkin Lily tau tentang hubungan Chace dengan gadis lain itu sehingga Lily merasa frustasi dan akhirnya memutuskan bunuh diri?? Ya Tuhaan!! Jerit Mrs. Crawford dalam hati…

*****

 

Chace tersadar… dia memandangi mamanya yang sudah menghilang meninggalkan dirinya. Ya Tuhan!!

“Mam!!!” teriak Chace akhirnya. Dia pun berlari berusaha mengejar Mrs. Crawford yang kini sudah memasuki taxi dan kemudian melaju kencang.

“Maaam!!!!” teriak Chace frustasi. Semua kacau kali ini… Arggh!! Chace mengacak-acak rambutnya kesal.

Ashley pun muncul dengan nafas terengah-engah karena ikut berlari mengejar Chace. Sungguh dia sangat terkejut akan kejadian tadi. Apa yang sebenarnya terjadi?? Kenapa Mrs. Crawford begitu tidak suka padanya… dan apa maksud Mrs. Crawford tadi?? Dia kecewa pada Chace?? Kenapa?? Apa karena dirinya?? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkecamuk di benak Ashley.

“Chace?” panggilnya.

Chace kali ini memandangi Ashley dengan tatapan kesal.. dingin.. benci.. semua bercampur aduk. Ashley tersentak. Bingung.

“Ashley… mulai sekarang kita putus. Hubungan kita selesai.. jangan ganggu aku lagi” ujar Chace dingin.

Ashley kaget.. terkejut… marah… bingung. Baru kali ini dia diputuskan oleh seorang laki-laki. Selama ini dialah yang selalu mempermainkan laki-laki. Tetapi saat Chace menjadi kekasihnya… semua berbeda.. dia mencintai laki-laki itu. Tentu saja mendengar Chace memutuskan dirinya tanpa alasan yang jelas membuatnya sangat geram.

“Chace Crawford!!!! Apa maksud kamu???!!!!!” bentaknya tidak terima. Sungguh tidak terima.

“Sudahlah Ashley Greene!! Tinggalkan aku!! Aku sudah bertunangan!!” ujar Chace kesal. Kemudian dia pergi menuju motornya yang terparkir tidak jauh. Dan kemudian melesat pergi. Meninggalkan tempat itu.. meninggalkan Ashley yang shock.

*****

 

Tobe continued to Please, Love me Again (Chapter 2) klik https://ristylahagu.wordpress.com/2014/11/21/please-love-me-again-chapter-ii/

****

Sekedar kata manis dariku……

Hehehe… akhirnya another story dariku muncul juga… gimana para readersku?? Please komennya tentang story kali ini ya.. bagus nggak??? Apa sebanding dari My Dandelion yang kemarin?? Atau lebih jelek?? Bikin muntah?? trus gambar covernya gimana? hahaha. Plis komennya dengan sangat ya… biar author tahu… kalau nggak bagus kan nggak usah dilanjutin hehehehe… (wakakakaka^0^)

Well sekedar uneg-uneg… cerita ini memang sudah lama terlintas di pikiran author… pas saat proses pembuatan “My Dandelion” tetapi keinginan menggebu-gebu untuk mengetik cerita ini harus ditekan sedemikian rupa… karena My Dandelion harus diselesaikan. Well.. sedikti lega akhirnya cerita ini terwujud juga ya…

Mmmm soal pemilihan karakter di cerita fanfiction ini… author milih Chace Crawford (main di film gossip girl) soalnya dia ganteng bangeettt.. kereeen banget.. cool bangeet (ingat suami keles thor!! Ntar dia cemburu ^0^haha). Terus Lily Crawford (main di film… Abduction… The mortal instrument (film dari novel favorit author)… The priest de el el) author milih dia soalnya wajahnya itu lo.. gak bosan liat nya manis.. cantik.. dan sedikit terkesan innocent… hahaha… jadi cocok dengan karakter Lily di cerita ini (weleh-weleh)… sebenarnya.. awalnya author tuh hendak ngasih Ariana Grande (Penyanyi yang lagunya “Honeymoon Avenue” itu lo..).. cantik dan manis sih orangnya.. tetapi tiba-tiba pas googling mau cari gambar-gambar dia yang mau dibikin cover.. eh.. tiba-tiba jadi ilfeel.. soalnya ada posenya yang author gak suka gitu.. terkesan genit… Aeh.. jadi hilang citranya deh.. Untung saja si Lily muncul ya… cocok deh kalau dipasangkan sama Chace (berharap di kehidupan nyata mereka juga berjodoh.. amiiin)

Oh ya.. sedikit embel-embel lagi.. tentang Ashley Greene… tau nggak dia siapa?? Bagi penggemar film twilight (Film favorit eke niiii) tentu tahu si Alice.. vampir cantik imut.. saudaranya si Edward Cullens.. dan pasangannya si Jasper?? Tau kan.. tau kan… (maksa) hehehe.. dari dulu ngefans sama dia jadi sebagai penghargaan author masukin deh di cerita ini.. hiks walau sedikit kasihan perannya di sini menyedihkan (walaah).

Ya sudahlah itu dulu cuap cuapnya author… happy waiting for the next chapter ya… dan seperti biasa…KOMENYAAAAAAAA!!!! ^0^